Sesal




Matahari terbenam layak bayi menutup matanya, perlahan, terkantuk-kantuk. Aku berjalan mengitari jalan ini untuk ke dua kalinya tapi perasaan ini jauh lebih melelahkan dua ratus kalinya.

Akankah ia datang?

Akankah ia menemputku?

Aku bosan dengan semua penantian ini...

Dua tahun lalu, di tempat ini kami berjanji bahwa hari ini kami akan bertemu kembali. Menyamakan hati menyatukan jiwa kami yang terluka.


Our Music




Hari pertama belajar sebagai murid kelas 2 SMP. Horeee!!! Horeee!!! Akhirnya aku memiliki para
junior yang bisa dikerjai. Ups, niat buruk itu sepertinya sudah ada di dalam kepalaku. Tapi tenang
saja, mana mungkin aku yang begitu baik seperti malaikat ini tega mengerjai para junior yang
masih polos. Jadi aku tetap memilih menjadi senior yang baik.
"Percy, album perdana Gita Gutawa sudah beredar!" Tia, temanku yang satu ini memang selalu
lebih terlambat dari yang lain. Albumnya itu sudah keluar beberapa minggu yang lalu. Sungguh
terlambat kalau baru mengetahuinya sekarang.


Perjalanan Cinta

"Ji, jujur aku nggak bisa lagi menahan semua perasaan yang meluap-luap ini," ucapku kikuk pada sosok lelaki kurus semampai yang sedang berdiri kaku di hadapanku.

"Jadi?" tanyanya dengan kikuk pula.

"Aku rasa, kamu sudah tahu tentang isi hati aku. Kalau boleh jujur, kamu itu cinta pertama aku. Kamu bisa membuat aku mengerti cinta yang sebenarnya. Dan...," tiba-tiba kata-kataku dipotong.

"Sya, aku mau minta maaf sebelumnya. Sebenarnya aku," Eji menggantung ucapannya

"Sebenarnya apa Ji?" tanyaku dengan harap-harap cemas. Mataku terus menatapnya, mencari-cari sebuah jawaban lewat mata elangnya itu.


Ketika Hujan

" Ryan, latihannya kan sudah selesai.....?!" Gerutu Zahra, teman sejak kecilku yang tomboy.

" Iya, nih! Kamu terlalu bersemangat...!" Kata Ardan menghela napas. Aku hanya tersenyum kearah mereka sambil tetap memainkan bolaku.

" Eh, mulai mendung. Kayaknya bentar lagi hujan. Pulang, yuk!" Ajak Ardan. Zahra pun mengiyakannya. Mereka berdua mengajakku pulang bersama, tapi aku hanya tersenyum sambil berkata,

"Nanti saja! Aku masih ingin bermain...."mereka berduapun berlalu meninggalkanku sendiri.

Lapangan dibawah jembatan. Tempat yang paling sering kukunjungi untuk bermain bola. Tapi nggak asyik! Aku cuma bisa main sendiri. Teman-temanku yang lain selalu menjawab sama ketika kuajak.

"Capek, ah! Kamu ini terlalu bersemangat Ryan!"