Complicated Love





Namaku Arini. Umurku 18 tahun. Dan saat ini berada di kelas 3 SMU. 
Aku ini sangat suka membaca komik dan novel.
Apalagi yg bertema romance, hm.. itu adalah favoritku. ^^
“Ariniii.. ah!! Aku berhasil…!!!!”
Seru seorang cowok mengagetkanku saat Aku sedang asyik membaca buku.
“Aisshhh....!! Hei.. Ranggaaa ah..kau mengagetkanku bodoh!!
jangan bilang kalau kau abis nembak cewek lain lagi..?!!” Tanyaku memastikan.


“Waah!! Kau ini memang sahabatku yg paling hebat. Aku belum bilang apa2 tapi kau sudah tau..”
Katanya tersenyum.
“Huuft..yaa... ya.. sampai kapan kau akan bersikap begini?
Kalau mereka sampai tau kau memacari mereka ber 3 secara bersamaan, mereka pasti akan…”
“Mereka tidak akan tau. Lagipula jika itu terjadi Aku bisa mencari yg lain..”
Ucapnya santai.
APA?!! Dasar Gila!! Dia sama sekali tidak memikirkan perasaan cewek2 itu.

Namanya Rangga,
dia adalah cowok yg banyak dikagumi oleh cewek disekolah ini.
Bermodal wajah tampan dan suara yg bagus.
Rangga dan Aku adalah sahabat sejak SMP.
Dan mungkin sudah nasibku harus berSahabat dengan seorang ‘Playboy’. 
Yah..itulah dirinya yg sebenarnya. Dia sudah sering berganti pacar.
Tak ada yg menyadari sifatnya ini.
Entah karna yg lain tidak tau atau tidak peduli pada hal ini.
Aku tidak pernah membongkar rahasianya pada yg lain.
“Heii... bukannya bel pulang sudah bunyi dari tadi.. kenapa kau masih disini?”
Tanyanya menatapku heran.
“Haah? Astagaa..? Hei  Rangga!
Bukankah kau yg menyuruhku menunggumu disini
sampai kau menyelesaikan urusanmu dengan cewek2mu itu..”
Kataku menyadarkannya.
“Eum? Benarkah? Astaga Arini.. Maafkan aku.. Kau tidak marah kan?”
Tiba2 saja ia mendekatkan wajahnya padaku.
“Bodohh...!! Aiiish..” Seruku lalu menjitak kepalanya.
“Aakkh!! Ini cewek…aiissh Tega…!!! Sakit sekali!!” Ringisnya sambil mengelus kepalanya.
Aku hanya tersenyum melihatnya.
Sepintas Aku merasa jantungku berdegup kencang tadi. Dasar Rangga. Selalu saja begitu!!
“Ini untukmu..”
Katanya tiba2 seraya memberikan sebuah gelang perak dengan ukiran bunga kecil berwarna warni di sekelilingnya.
“Eh?! Waah… makasihh bangett”
Kataku riang lalu memasangkannya ke pergelanganku.
Aku benar2 tidak menyangka kalau ia akan memberikan sesuatu seperti ini.
“Aku tau kalau kau itu kan mudah dibujuk dengan hal2 indah..”Ledeknya.
“Apa?!!” Belum juga 5 menit..ia sudah kembali membuatku kesal. Aiish!!
“Hhaha! Aku bercanda kok.. Manis..”
Katanya tersenyum sambil mengedipkan mata lalu meninggalkan ruangan.
Degup jantung yang tadinya reda entah mengapa kembali saat Aku melihat Rangga tersenyum seperti itu.
Apa yang terjadi padaku?
Baru saja kami hendak pulang, salah seorang cewek menghampiri kami.
“Ayaank... Bukankah kau bilang akan jalan denganku sore ini..?” Tanya cewek itu manja.
“Aah..  “ Aku berusaha menghentikan kata2nya dengan menyenggolnya.
“Hei.. bukankah kau sudah janji pada Yuri menemaninya ke pesta malam ini!!” Bisikku mengingatkannya.
“Apa? Aiish.. hampir saja..”Gumamnya.
“Eheh.. maaf Sayang.. Aku sih pengen..tapi sore ini Aku harus mengantar  Mamaku.
Bagaimana kalau besok sore..?!
Aku janji akan menemanimu besok..” Tawar Rangga.
“Owh... kalau begitu Aku akan menunggumu besok.
Bye... Ayy...!!” Ucapnya lalu mencium pipi Rangga.
Dassarrr?! Apa mengucapkan sampai jumpa saja harus menciumnya terlebih dulu?
Dan anehnya Rangga malah tersenyum padanya.
Semua pacar Rangga tidak ada yg protes saat melihatku bersama Rangga.
Itu karena mereka tau kami hanya bersahabat.
Karena hari sudah sangat sore,
kamipun segera pulang bersama-sama dengan mengendarai motor Rangga.
Itu karna rumah kami berhadapan.

Pagi ini Aku sarapan bersama Papa. Hari ini Aku yang memasak nasi goreng untuknya.
“Papa.., apa kau suka dengan nasi gorengnya?”Tanyaku ragu.
“Eum..ternyata anak Papa ini pintar masak juga seperti Mamanya.
Papa jadi teringat padanya saat dulu ia memasak untuk kita…” Puji Papa saat mencicipi masakanku.
“Papa..” Ucapku memegang tangannya. Ia hanya tersenyum simpul.
Mama meninggalkan kami untuk selamanya 5 tahun yg lalu karna penyakit yg di deritanya.
Dan saat itu pula Aku mengenal Rangga. Ia pindah kesini tepat dihari pemakaman Mama.
Dialah orang pertama yg membuatku mampu tersenyum setelah kejadian itu.
Karna saat itu Aku masih belum bisa menerima kepergian Mama.
“Selamat Pagi!!” Seru seseorang yg baru saja masuk. Aku kenal suara itu.
“Oh..Rangga..., Ehh.. makan bersama kami yuk..”Tawar Papa padanya.
“Iya.. Terimakasih Om.. “ Jawabnya sopan lalu duduk disampingku.
“Wah..menu nya nasi goreng yah..”Ucapnya saat melihat makanan di meja.
“Dasar..bukankah kau sudah sarapan dirumahmu..” Ledekku.
Ia selalu kesini tiap pagi untuk berangkat bersama-sama ke sekolah.
“Hm? Papa kamu sendiri yg menawarkan, kan tidak enak kalau Aku menolaknya..,
wah!! Rasanya Enak sekali..”
Katanya saat mencicipi sesendok nasi goreng itu.
“Benarkah? Haha!! Nasi goreng itu Arini yg memasaknya..”Jelas Papa.
“Sungguh?! Waah!! Ternyata selain cerewet kau punya sisi baik juga..haha.”
Ledeknya menatapku.
“Apaa?! Aiish..Hei.. tidak usah banyak bicara.
Cepatlah makan kita bisa telat nanti” Protesku menyenggolnya.
Ia hanya memanyunkan bibirnya lalu kembali makan seperti kataku.
Papa hanya tertawa melihat kelakuan kami yg sudah terbiasa seperti ini.
 Baru saja kami tiba didalam kelas. Seorang cewek sudah menghampiri Rangga.
“Ayy.. semalam Aku menelponmu ke Hp..  kau tidak menjawabnya?”
Tanyanya manja.
“Aah Maaf Sayank, semalam Aku keluar dan lupa membawa hp ku..”
Jawab Rangga seraya memegang tangan cewek itu.
Huhh?!  Apa mereka sadar kalau ini masih sangat pagi untuk bermanja-manja. 
Dan lagi didalam kelas..? Dasar…
“Ayy.. kita bisa jalan Sore ini kan..?”Tanya cewek itu. Aku yakin Rangga bingung menjawabnya,
soalnya kan dia udah janji mau pergi ke Ultah Lolita kemarin.
“Adduhh Chayank.. kalau sore Aku tidak bisa.
Aku sudah janji akan menemani Arini ke acara ulang tahun temannya.”
Sesal Rangga.
“Hei..  biarkan saja dia pergi sendiri.. Kenapa kau lebih mementingkan dia daripada Aku..
Kalau kau tidak mau,
sekarang juga kita putus” Protes cewek itu.
Hmm…Aku bisa mengerti kalau setelah ini Rangga akan memilih membatalkan acaraya denganku. Aku juga takkan memaksanya.
“……Baiklah,Kalau begitu kita akhiri saja saat ini juga.” Ucap Rangga santai.
Membuatku dan cewek itu seketika membelalakan mata.
Aku tidak percaya dia akan mengatakan itu.
“Appaa!!? Terlaluu... kau lebih memilih putus dariku hanya untuk menemaninya..!!”
Ketus cewek itu kemudian meninggalkan kami.
“Hei..Rangga!! Koq Gitu?  Aku jadi ndak enak ..!!?”Tanyaku menatapnya.
“kenapa? Tenang saja..Aku memang sudah bosan bersamanya yg selalu hanya mementingkan dirinya sendiri.
Lagipula… Aku tidak mungkin membiarkanmu pergi seorang diri malam hari ke pesta.” Jawabnya santai.
“Eum..benar juga..bagaimana kalau ada yg mencoba menculikku..” Kataku membayangkan.
“APA?! Yang ada penculiknya akan kerepotan karena kamu yang cerewet itu..Hhaha!!”
Tawanya lalu kembali ke teman duduknya semula di belakang sana.
Dasar Rangga..suka sekali dia meledekku.
Tapi..entah mengapa Aku merasa senang saat ia lebih memilih menemaniku dibandingkan jalan bersama cewek centil itu.
Aku hendak mengejarnya namun Pak Guru tiba2 masuk kedalam kelas membuatku kembali ke tempat dudukku.
Pak Guru masuk bersama dengan seorang cowok.
Dari cara berpakaiannya dia sepertinya bukanlah tipe orang yg patuh pada peraturan.
“Hari ini kita kedatangan Siswa baru. Silahkan perkenalkan dirimu..!” Ujar Pak Guru.
“Pagi!! Perkenalkan.. Namaku Rahadian, Makasih..” Katanya santai.
“Ya.. sekarang kau boleh duduk di.., Arinii..
apa ada yg menempati tempat duduk di sebelahmu?” Tanya Pak Guru padaku.
“Oh.. ada, Risa duduk disini. Hanya saja dia tidak datang hari ini Pak Guru..” Terangku.
“Oh Begitu.. kalau gitu biar Rahadian duduk disitu saja.
Nanti Aku yg akan memberikan tempat lain untuk Risa.”
Jelas Pak Guru. Aku sih tidak keberatan kalau anak baru itu duduk disini.
Lagipula ini kan perintah Pak Guru sendiri.
“Haii.. namaku Rahadian. Salam kenal” Sapanya ramah saat tiba disebelahku.
“Aku sudah tau kok.. tadi kan kau sudah mengatakannya diatas..hehe.. 
Aku Nindya Arini. Kau bisa memanggilku Arini.
Salam kenal juga ^^” Jawabku tersenyum.
Sepertinya dia anak yang baik.
Sejenak Aku sempat melihat Rahadian yg menatap Rangga dari sini.
Ada apa dengannya? Apa mungkin dia mengenal Rangga..?

*******

Sepulang sekolah Rangga langsung pergi setelah sebelumnya berpamitan padaku.
Yah..mau bagaimana lagi..dia harus meladeni semua cewek2nya itu.
Dasar Playboy!!
Aku hendak pulang ke rumah sampai ketika sebuah motor berwarna biru berhenti tepat didepanku.
Aku baru tau saat ia membuka penutup helmnya. Rupanya Rahadian.
“Tumben kau tidak pulang bersamanya..” Ujarnya.
“Rahadian apaan cii.. itu karena Rangga ada urusan penting.
Lagipula darimana kau tau kalau Aku biasa pulang dengannya..?”
Tanyaku heran. Bukankah dia baru disini?
“Hei..hampir semua orang disini mengenal kalian.
Jadi mana mungkin Aku tidak tau..”
“Aah Iya.. benar juga sih..hehe” Aku baru menyadarinya.
“Ayo.. kuantar pulang..” katanya tiba2.
“Apa?!! Aah makasih... Aku bisa pulang sendiri kok..” Tolakku. 
Aku tidak ingin merepotkan.
“Hei.. bukankah kita teman? Tidak baik kan menolak niat baik temanmu?”
“Eeh.. gimana ya..”
“Sudahlah…ayo..!!” Katanya lalu menariku ke motornya tiba2.
Aku hanya menuruti kata-katanya.
 Tak lama Aku pun akhirnya sampai didepan rumah.
Aku berusaha mengajaknya masuk. Tapi dia menolak.
Dia bilang harus buru2 pulang. Aku tidak mungkin memaksanya.
“Makasih ya.. Rahadian” Kataku tersenyum padanya.
“Ok..  sampai jumpa..”Pamitnya lalu melajukan motornya.

Hari demi hari kulalui sama seperti biasa.
Namun saat ini Aku semakin jarang bersama dengan Rangga.
Entahlah..akhir2 ini Aku lebih banyak menghabiskan waktuku bersama dengan Rahadian.
Dia selalu ada setiap saat untuk membantuku.
Bahkan saat ini Aku lebih sering pulang bersamanya dibandingkan bersama Rangga.
“Hei..Arini..!! Kita bisa telat kalau kau terus melamun”
Seru Rangga menyadarkanku agar Aku cepat naik ke motornya untuk berangkat ke sekolah.
Aku pun menurutinya.
 Sesampainya di kelas Yuri langsung menghampiri Rangga seperti biasa.
“Chayank.. kenapa kau baru datang? Aku sudah menunggumu daritadi..”
Katanya manja lalu duduk di samping Rangga.
“Maaf.. lain kali Aku akan datang lebih cepat. Janji!”Jawab Rangga tersenyum padanya.
Seketika cewek itu berubah.
Dasar Rangga. Dia tau sekali cara meluluhkannya.
“Mereka pacaran kan..?”Tanya sebuah suara rasanya kukenal.
“Ah..Rahadian, Yup..mereka memang pacaran.” Rahadian hanya mengangguk pelan.
 Tak lama kemudian Pak Guru pun akhirnya masuk kedalam kelas.
“Baik. Sebelum kita mulai pelajarannya, sekarang saya minta tolong kumpulkan buku PR kalian.”
Ucapan Pak Guru seketika membuatku tersentak.
Bagaimana tidak? Aku lupa mengerjakannya karna semalam harus menemani Papa.
“Aaarggh!! Sial  Aku.!! Habislah Aku kali ini...”
“Maaf Pak Guru..” Rahadian tiba2 saja mengangkat tangannya.
“Ada apa Rahadian?”Tanya Pak Guru.
“Aku… tidak mengerjakan PR-ku..”
“Benarkah? Kalau begitu kau tidak boleh mengikuti pelajaran hari ini..” Ujar Pak Guru tegas.
Sebelum Rahadian melangkah pergi tiba2 saja ia mendorong sebuah buku kearahku.
Aku terkejut saat mengetahui kalau buku itu ternyata adalah buku PR nya.
Aku mencoba menahannya namun ia sudah berjalan keluar kelas.
Jadi ia sengaja berkata begitu pada Pak Guru,agar Aku bisa menolongku. Tapi bagaimana dia bisa tau?
Begitu pelajaran usai Aku langsung mencari Rahadian yang ternyata sedang duduk di taman belakang sekolah.
“Rahadian..”Ucapku pelan menghampirinya.
“Makasih..” Katanya tiba2. Apa maksudnya? Bukankah seharusnya Aku yg mengatakan itu?
“Eh?!! Kenapa kau..?” Tanyaku bingung.
“Makasih.. karena akhirnya Aku bisa menemukan alasan untuk keluar dari pelajaran itu.”
“Apa maksudmu?”Aku semakin tak mengerti.
“Sewaktu melihat tingkahmu.. Aku sudah tau kau pasti tidak mengerjakan PR.
Makanya Aku dengan cepat menggunakan kesempatan itu. Aku malas dengan pelajaran matematika”
“Jadi artinya kau tidak bermaksud ingin menolongku?”Tanyaku mulai kesal
“Bodoh?! Kalau Aku mau, Aku bisa saja langsung keluar dari kelas tanpa memberikan bukuku padamu.
Aku sama sekali tidak peduli dengan Pak Guru jika ia akan memarahiku.”
Ujarnya.
“maaf.. bukan gitu maksudku... makasih ya..”
Kataku merasa bersalah.
“Eum? Aku tidak mau kalau hanya kata2..”
“Apa?! Apa maksudmu?” Kataku lagi tak mengerti.
“Aku ingin kau pulang denganku hari ini..”
“Apa?! Lalu.. bagaimana dengan Rangga?” Kataku bingung.
“Terserah.. Aku kan hanya memintamu menemaniku hari ini saja.
Lagipula ini kan juga untuk membalas bantuanku.”
Sebenarnya Aku masih bingung, tapi mau bagaimana lagi.
Rahadian sudah menolongku.
Aku tidak mungkin menolak permintaannya.
Sepulang sekolah ternyata Rangga sudah menungguku di depan pagar.
“Hei..kau ini..kenapa lama sekali? Cepat naiklah..”
Perintahnya namun Aku tak beranjak.
“Heii..? Kenapa kau diam saja?”Tanyanya heran.
“Rangga..  akuu..” Belum sempat Aku menyelesaikan kata2ku.
Rahadian sudah tiba disebelahku dengan motornya.
“Hari ini..Aku akan pulang bersamanya. maaf..”
Ucapku pelan lalu naik ke motor Rahadian.
Rangga tidak berkata apapun, begitupula dengan Rahadian.
Mereka saling menatap sesaat
sampai akhirnya Rahadian melajukan motornya meninggalkan Rangga.
Jujur Aku merasa tidak enak pada Rangga. Dia pasti marah padaku.
 Rahadian tidak langsung mengantarku pulang kerumah,
dia ingin Aku menemaninya ke supermarket dekat taman.
Setelah selesai membeli barang, kamipun beranjak pulang.
Namun langkahku terhenti oleh sesuatu.
Aku melihat sepasang kekasih yang sedang berciuman di samping taman. 
Yang membuatku terkejut orang itu tidak lain adalah Rangga.
Dia bersama dengan seorang cewek yg tidak kukenal.
 DEG!! Ada apa ini? Ini pasti bukan pertama kalinya Rangga melakukan ini.
Tapi kenapa..hatiku rasanya panas melihat mereka saat ini..?
“Arini... kenapa? Haa!! Itu..bukankah dia Rangga? Apa yang dia...”
Ucapan Rahadian mendadak terhenti saat ia menyadarinya.
“Ayo.. kita pulang..” Kataku pelan sambil berjalan menuju motor.
Rahadian tidak berkata apapun, ia hanya mengikuti kata2ku.
 Selama perjalanan Aku hanya diam, begitupula dengan Rahadian.
Dia sama sekali tidak berkata dan bertanya apapun padaku.
Aku juga tak tau kenapa..

Keesokan paginya Aku berniat berangkat ke sekolah sendiri,
namun Aku terkejut saat mendapati Rahadian yg tengah duduk diatas motor di depan rumahku.
“Rahadian.. ”Kataku tak percaya
“Pagii! Boleh tidak hari ini kau berangkat bersamaku kesekolah?”Tanyanya.
“Apaa? Haha.. Boleh.. Ayo kita pergi”Jawabku tersenyum.
Ada-ada saja dia. Kami pun berangkat ke sekolah bersama-sama.
“Arini.. Ada apa?! kenapa kau tidak menungguku tadi pagi?”
Tanya Rangga yg baru saja tiba di dalam kelas menghampiriku.
Aku hanya diam.
Huft.. apa yang harus Aku lakukan? Aku tak berani menatapnya.
Aku benar2 belum bisa melupakan kejadian kemarin.. 
Ada apa ini?!!
“Pagi semuanyaa!!”
Untunglah Pak Guru segera masuk kelas jadi Rangga terpaksa kembali ke tempat duduknya.
Maafin aku  Rangga..
Tak lama jam istirahat pun tiba.
Aku sengaja keluar kelas lebih dulu demi menghindari Rangga.
Aku benar-benar tidak bisa menemuinya saat ini.
Aku terus berjalan entah kemana,
Aku tau Rangga sedang berusaha mengejarku saat ini.
Tanpa sadar Aku memasuki lapangan basket dimana para siswa sedang bermain disana,
hingga sebuah bola basket tanpa sengaja menuju kearahku.
“Arinii !! Awaaasss!!!” Seru seseorang padaku dan…BUKK!!
“Rahadian..”Kataku shock.
Ternyata Rahadian berusaha menyelamatkanku hingga kepalanya terkena bola basket.
“Aiissh.., wajahku pasti memalukan..”Katanya pelan.
“Appaa!!!? Kau masih memikirkan penampilanmu.. dasar Gila.. kau itu.. ”
Ucapanku terhenti saat melihat darah keluar dari hidungnya.
“Rahadian… hidungmu..”Kataku menatapnya.
“Eum? Aah..ini..haha Ga apa..ini Cuma luka biasa..”
Katanya tersenyum lalu mengusap darah di hidungnya
“Jangan ngaco?!! Ayo kita pergi ke UKS…!!”
Tanpa meminta persetujuannya lebih dulu Aku langsung menariknya.
Sekilas Aku melihat Rangga yang memperhatikanku dari kejauhan.
“Kau menyukainya kan..?”
Tanya Rahadian tiba2 membuatku menghentikan kegiatanku membersihkan lukanya.
“Eum?! Apa maksudmu..?” Tanyaku tak mengerti.
“Kamu.. menyukai Rangga kan.
Itu sebabnya kau menghindarinya.. karna kau masih tidak bisa melupakan kejadian kemarin.”
Aku tersentak. Darimana Rahadian bisa mengetahui semua ini. Aku tidak berkata apapun.
Begitupun dengannya. Seketika menjadi hening.
“Aku menyukaimu..”
Katanya singkat namun berhasil membuatku membelalakan mata.
“Apa Katamu?” Tanyaku memastikan yg baru saja q dengar.
“Aku Serius.. Aku merasa begitu senang saat pertama melihatmu. Kau begitu periang dan semangat.”
 Aku hanya diam. Seolah masih belum bisa percaya dengan apa yang terjadi saat ini.
“Arini..  apa kau mau menerimaku? Sekalipun Aku tau saat ini hatimu bukan untukku.
Tapi Aku yakin dapat merubahnya suatu saat nanti”.
Aku sungguh tidak tau harus berbuat dan berkata apa saat ini.
Akalku masih sulit menerima semua ini.
“Maaf Mengganggu..” Tiba2 seseorang muncul dari balik pintu.
Seorang cewek dengan rambut panjang digulung dan memakai seragam.
Namun sepertinya bukan dari sekolah ini.
“Hei, apa yang kau lakukan disini.
Apa Mama juga menyuruhmu untuk mengikutiku sampai ke sekolah hah?!!”
Tanya Rahadian dengan nada sedikit membentak.
 Siapa cewek ini? Sepertinya Rahadian mengenalnya.
Tapi mengapa sikap Rahadian seperti itu padanya.
Ini pertama kalinya Aku melihatnya bersikap seperti ini.
“Ma.. Maafkan aku, Aku dengar kau terluka saat olahraga.. jadi Aku berniat melihat keadaanmu..”
Jawab cewek itu lembut lalu berjalan menghampiri kami.
“Hai... Kamu siapa?”Tanyaku sopan saat ia tiba didepanku.
“Perkenalkan, namaku Yerin.. aku adalah..” Ucapannya terhenti.
“Dia tunanganku..”Jawab Rahadian singkat membuatku terkejut.
Seketika Aku beranjak pergi sebelum Rahadian menahan tanganku.
“Apalagi ?!  Baru saja kau mengatakan bahwa kau menyukaiku. Tapi sekarang apa..?
kau sendiri yang mengatakan bahwa cewek dihadapanku ini adalah tunanganmu. Kau pikir Aku ini apa hah?”
kesalku. Bagaimana mungkin dia bisa melakukan ini padaku.
“Dia memang tunanganku. Tapi itu semua atas keinginan orang tuaku. Kami sama sekali tidak saling menyukai..”
Serunya membuat suasana menjadi hening seketika.
“Ma... Maaf Aku harus kembali ke sekolahku. 
Aku hanya meminta izin selama setengah jam..an.. Permisi”
Jawab Yerin terbata lalu berjalan meninggalkan kami.
Sekilas entah mengapa kulihat wajahnya Nampak sedih.
Entahlah... Apa ini pernyataan yang sebenarnya ingin ku dengarkan dari Rahadian.
Bukankah seharusnya Aku lega mengetahui semua ini.
Tapi kenapa rasanya berbeda.
Apalagi setelah melihat perubahan pada Yerin barusan.

Seminggu sudah setelah kejadian itu berlalu. Hingga kini Aku masih terus menghindari Rangga.
Berkali-kali Aku menghindarinya saat ia sepertinya ingin meminta penjelasan dariku.
Tapi Aku benar2 tidak bisa menghadapinya sampai saat ini.
Sepertinya semakin lama kami semakin menjauh.
“Kamu ini kenapa?!!
Hanya karna kau disuruh oleh Mamaku agar satu sekolah denganku makanya kau pindah ke sekolah ini?
Kau ini bukan boneka kan..??!!”
Seru Rahadian pada Yerin yang mendadak pindah ke sekolah kami.
“Rahadian.. Kamu ga boleh gitu?! Aku perhatikan sikapmu sangat kasar pada Yerin.
Maaf.. Aku seharusnya tidak mencampuri urusan kalian.
Tapi Aku benar2 tidak tahan lagi melihatmu tiap kali selalu membentak Yerin.
Bukankah ini semua juga bukan kemauannya? Jadi untuk apa kau terus memarahinya..”
Aku benar2 tidak tahan lagi melihat sikap Rahadian yang seperti ini.
Aku tau dia tidak menyukainya tapi dia tidak seharusnya sekasar itu.
“Yerin.. Kamu baik baik aja?”Tanyaku pada Yerin.
Ia hanya tersenyum simpul sambil menganggukkan kepalanya.
Rahadian tidak berkata apapun.
Aku akui Yerin memang seorang cewek yang cantik. Apalagi ia ramah pada orang lain.
Mungkin itulah yang membuatnya hingga menjadi salah satu perbincangan di sekolah ini.
Hanya saja ada sebagian siswi yang iri dan membencinya.

“Arinii.. Makasih tadi kau sudah membantuku..”
Ucap Yerin saat kami tengah mencuci wajah di toilet sekolah.
“Eum.. Lupain aja, Aku memang sudah bosan melihat Rahadian yg selalu bersikap seperti itu padamu.”
Jelasku seraya tersenyum padanya.
“Oh ya.... bagaimana ceritanya kalian bisa bertunangan..?” Tambahku.
“Eum..  sebelumnya Aku tidak tau kalau nantinya akan jadi begini.
Saat itu Aku masih Smp.
Sampai suatu hari ketika Mama meninggal, Mama Rahadian datang ke pemakaman Mamaku.
Aku baru tau kalau dia ternyata adalah sahabat Mama waktu Sma.
Ia mengatakan ia telah membuat perjanjian sebelumnya dengan Mamaku bahwa mereka akan menjodohkan anak mereka.
Awalnya Aku khawatir.
Namun setelah berpikir bahwa itu adalah keinginan Mama.. Aku tidak berani menolaknya.
Lagipula saat itu Aku sudah tidak mempunyai siapa2 lagi.
Setelah Mama meninggal,
Papa menjual rumah lalu pergi entah kemana meninggalkanku.
Sejak saat itulah Aku tinggal dirumah Rahadian.
Semua yang dikatakan ataupun diperintahkan oleh Mama Rahadian pasti akan kulakukan.
Itu karna Aku merasa dia sudah begitu baik padaku...
tapi di sisi lain Aku tau ada orang yang membenci hal itu.
Yah Rahadian. Dia benci dengan semua perjodohan itu.
Tapi dia juga tidak mampu menahan keinginan kedua orang tuanya.
Sejak saat itulah dia membenciku.
Dari tidak ingin melihat,bicara denganku hingga satu sekolahpun dia tak menginginkannya.
Dia benar2 tidak peduli padaku.”
Jelasnya padaku seraya tersenyum tipis namun sepertinya ia berbohong..
dari tatapannya saat ini kelihatan kalau ia sedih.
“Yerin.. sebenarnya bagaimana perasaan kalian berdua..?!”Tanyaku memastikan.
“Agh.. dia tidak pernah menyukaiku..lagipula dia membenciku kan?
Oh ya.. saat di UKS dulu sebenarnya Aku mendengar semuanya..”
“Eum..Maafin aku” Sesalku padanya
“Kenapa?! Aku malah mendukung kalian..” Seru Yerin tersenyum.
“Haahh?!Tapi kau ini kan..”
“Itu karna pertama kalinya Aku mendengar ia bicara dengan begitu serius pada seseorang.
Dan Aku tau kalau ia benar2 menyukaimu.. Jadi Aku mohon, terima Rahadian..” Kata Yerin menatapku.
“Maaf.. saat ini Aku belum bisa memutuskannya..itu karna Aku harus memastikan perasaanku lebih dulu..”
Jawabku padanya. Ia hanya diam seraya menatapku.
Maafin aku Yerin.. Aku benar-benar bingung dengan perasaanku saat ini.
Andai saja kau tau kalau saat ini dihatiku masih ada sebuah nama.
Nama yang mungkin tak mudah untuk kulupakan.
Aku dan Rahadian dalam perjalanan menuju ruang guru untuk mengumpul tugas teman2 lainnya
sampai kami melihat Yerin bersama dengan 2 orang cewek berjalan entah kemana. Eh? Bukankah cewek itu yang..
“Arini.. Maaf.. Aku ada urusan sebentar.
Mungkin kau bisa mengantarnya sendiri ke ruang guru.”
Baru saja Aku ingin memberitahunya,
Rahadian sudah lebih dulu memberikan buku2 itu padaku lalu berlari meninggalkanku.
Penasaran membuatku berniat mengikuti Rahadian. Aku merasa ada yang aneh. Sebenarnya dia mau kemana?.
Sedikit demi sedikit Aku berjalan mengikutinya dari kejauhan hingga akhirnya tiba di suatu tempat.
Aku terkejut melihat pemandangan dihadapanku saat ini.
Ternyata ke2 cewek tadi sedang menjahili Yerin di belakang sekolah.
Bahkan mereka sampai menyobek seragam Yerin.
“Yaa! Jangan pikir hanya karna kau cantik dan ramah.
Setiap orang akan bersikap baik padamu. Aku benci padamu..”
Seru salah satu cewek.
“Kenapa? Memangnya apa salahku padamu..?”
Isak Yerin seraya mencoba menutupi tubuhnya dengan bajunya yang sudah sobek.
“Mau tau apa? Salahmu..? Hei!!
Pacarku memutuskanku secara mendadak hanya karna berharap bisa jadian denganmu..!!”
Bentak cewek itu lagi.
“Tidak salah..!!” Tiba2 saja Rahadian muncul dari kejauhan lalu berjalan ke tempat mereka.
Aku benar2 tidak melihatnya tadi.
“Apa?!! Tanya cewek itu heran.
“Aku bilang Tidak salah jika Pacarmu itu memutuskanmu” Rahadian tertawa kecil.
“Apa maksudmu..?!!” Tanya cewek itu lagi. Sepertinya ia mulai kesal.
“Jika Aku jadi dia, Aku tidak butuh waktu lama untuk memutuskanmu.
Aku tidak memerlukan cewek yang melakukan tindakan rendah hanya karna iri dengan kelebihan yang dimiliki orang lain.
Hm..memalukan!”Ujarnya tersenyum tipis.
“APA?!! Berani sekali kau berkata seperti itu..”
“Hhhh.. lebih baik pergi dari sini sebelum kesabaranku habis…”Kata Rahadian menghela nafas.
“Apa..?Hei..kau pikir Aku akan ta..”
Ucapan cewek itu seketika terhenti saat melihat tatapan mata Rahadian yang menandakan kalau ia serius.
Tanpa berkata apa-apa, ke2 cewek itupun akhirnya meninggalkan tempat itu.
“Ma.. Maaf.. Rahadian, Aku sudah merepotkanmu lagi. Aa..Aku akan pergi..”
Kata Yerin terbata lalu mencoba beranjak pergi sambil terus berusaha menutupi tubuhnya.
“Mau Kemana..?!! Kau mau keluar dengan keadaan begini?
Kalau ada cowok kurang ajar yang melihatmu kau bisa celaka..!!
Tanya Rahadian.
“Aah.... Aku bisa lewat belakang sekolah kok..lagipula..” Belum sempat Yerin melanjutkannya,
Rahadian sudah lebih dulu memakaikan sweaternya di tubuh Yerin.
“Boleh? Bukankah ini sweater kesayanganmu..?”
“Bodoh.. !! Saat seperti ini kau masih bisa memikirkanku..!!”
Bentak Rahadian seakan tidak percaya dengan yg baru saja didengarnya.
“Maaf “ Ucap Yerin pelan sambil menunduk.
“Hmm..ayo pulang..”Perintah Rahadian namun Yerin menahan tangannya.
“Eh?!! Bagaimana dengan se..”
“Sekali lagi kau bicara..Aku akan mengambil kembali sweaterku..!!”
Ujarnya dingin berhasil menghentikan pertanyaan Yerin.
 Akhirnya Rahadian pun mengantarkan Yerin pulang kerumah.
Ini pertama kalinya Aku melihat Rahadian bersikap seperti itu.
Dan..sepertinya Aku menyadari satu hal setelah melihat kejadian barusan.
 Hari mulai beranjak sore Aku pun bergegas pulang ke rumah,
namun tiba2 sebuah motor berhenti tepat di depanku saat Aku hendak menyebrangi jalan.
Aku menyadari kalau ia adalah Rangga.
Jadi Aku mencoba untuk menghindarinya, tapi sepertinya kali ini gagal.
Ia berhasil menahanku.
“Arini.. Tunggu!! Aku ingin bicara denganmu..”
Ucapnya seraya menggenggam tanganku.
“Lepasin.. Aku harus cepat pulang..”
Aku terus berpikir untuk cepat pergi tanpa memperhatikan sebuah mobil yang melaju kearahku dan....

********

Aku terus berpikir untuk cepat pergi tanpa memperhatikan sebuah mobil yang melaju kearahku.
Untung saja Rangga dengan sigap menarik tanganku. Huh..hampir saja.
“Ceroboh Hah?!! Kau hampir saja mati.. !!!” Serunya menggenggam tanganku erat.
“Hei.. Kenapa?!! Lepaskan tanganku!!!”Pintaku berusaha melepaskannya.
“Apa?!! Kau tanya aku kenapa?! Seharusnya Aku yg bertanya.. ada apa denganmu?!
Kau yang sekarang sangat berbeda dengan Arini yang kukenal..  Sudah seminggu kau tidak pernah menemuiku.
Dan kau.. kau seolah terus berusaha menghindariku” Bentaknya menatapku.
 “Arini.. jawab pertanyaanku!!” Tegasnya membuatku bingung harus menjawab apa.
Tiba-tiba saja Aku kembali teringat kejadian itu... membuat hatiku kembali kesal.
“Kenapa memangnya kalau Aku berubah hah?!! Memangnya kau ini siapa berhak mengaturku..
kau tidak perlu memperdulikanku lagi.. lebih baik kau urus semua cewek2 kesayanganmu itu.. Kau pikir kau siapa?!!
Kau ini bukan siapa2 bo....” Ucapanku mendadak terhenti menyadari sesuatu.
“Oke!!  Aku memang bukan siapa2 bagimu. Jadi Aku tidak berhak untuk mengaturmu!! Mulai dari diam tanpa sebab..
selalu menghindariku.. dan sekarang marah2 tanpa alasan padaku.. Aku benar2 tidak tau harus melakukan apa..
Aku tidak mengerti sikapmu saat ini. Apa kau sadar..? Sikapmu ini egois..!! Aku benci dengan sikapmu yang sekarang!!!”
Umpatnya lalu melajukan motornya meninggalkanku.
 Aku sadar ucapanku barusan memang sudah kelewatan.
Tidak seharusnya Aku melakukan semua ini tanpa memberitahu sebab apapun padanya.

(Keesokan harinya)

“Anak-anak.. pelajaran hari ini adalah olahraga renang. ”
Aku tersentak mendengar perkataan Pak Guru barusan.
Renang?! Bodoh.. Aku kan tidak bisa berenang sama sekali. Bagaimana ini?
“Waah.. keren.. hari ini pelajarannya renang. Pasti menyenangkan..” 
Seru Rahadian di sampingku antusias.  Sepertinya dia menyukai hal ini.  Aku hanya dapat tersenyum tipis.
Kami semua sudah siap di dekat kolam renang. 
Setelah memberi sedikit penjelasan Pak Guru menyuruh kami melakukan beberapa gerakan renang yg baru saja dijelaskan.
Hal itu dilakukan sesuai dengan urutan nama kami. Beruntunglah namaku berada di pertengahan.
Aku benar2 bingung harus melakukan apa.
Disatu sisi Aku sungguh tidak tau cara berenang.
Dulu saja sewaktu pergi ke pantai bersama Papa Aku hampir saja tenggelam.
Tapi disisi lain Aku tidak berani mengatakannya pada orang lain.
Aku takut mereka akan menertawakanku.
Sekilas Aku melihat Rangga yang sepertinya menatapku tajam.
Aku tau saat ini ia pasti masih marah padaku.
Mungkin memang sudah seharusnya begini.
Hubungan kami tidak bisa kembali seperti dulu lagi.
Kini kami hanyalah 2 orang yang saling membenci satu sama lain.
 Satu-persatu nama telah disebutkan. Dan Sebentar lagi giliranku.
“Ada apa? Kau kelihatannya sangat gugup..” Tanya Yerin yg mendadak muncul disebelahku.
“Eg..ah..ndak ada  apa-apa koq..” Kataku tersnyum berusaha menyembunyikan ketakutanku.
“Uhm..baguslah. Kupikir kau ada masalah..hehe”  Ia berhenti sejenak.
“.. Arini, boleh Aku minta tolong sesuatu?” Tanyanya .
“Eum?! Boleh.. memangnya ada apa?”
“Ini..” Ia mengeluarkan sebuah botol minuman dari balik tangannya.
“Tolong berikan ini pada Rahadian.
Tapi Aku mohon jangan beritahu padanya kalau ini Aku yg memberikannya padamu.” Pintanya.
“Koq gitu...?? Memangnya kenapa kalau dia tau?” Tanyaku heran
“Dia pasti tidak akan menerimanya jika tau itu dariku.. 
Dia paling suka minum vitamin c setelah olahraga. Aku yakin dia pasti akan senang..
jika kau yang memberikannya. ”Katanya tersenyum lalu memberikan minuman itu padaku.
“Yerin.. menyukai Rahadian kan?” Tanyaku menatapnya.
“Ap... Apa?!  Aa..Aku..” Jawabnya terbata.
“Yerin..!!! ” Seru Pak Guru tiba-tiba.
Kami tidak sadar kalau ternyata nama kami sudah tiba.
Yerin pun terpaksa pergi tanpa memberikan jawaban padaku. Setelah Yerin adalah giiranku.
Perasaan gugup yang tadi hilang kini kembali.. Aiisshh!!!! Apa yang harus kulakukan sekarang?
Setelah peluit berbunyi Yerin pun langsung melompat ke dalam kolam,
gerakan yang dilakukan Yerin membuat kami semua terpana.
Gerakannya begitu indah,dia juga hampir dapat melakukan semua gerakan yang dijelaskan sebelumnya dengan baik.
Aku tak menyangka dia mempunyai kelebihan seperti itu.
Saat ia hampir menyelesaikan gerakan terakhir, mendadak ia berhenti.
Awalnya kami berpikir dia ingin menarik nafas namun ternyata dugaan kami salah.
Yerin tiba-tiba saja mengangkat tangannya, badannya juga perlahan tenggelam.
Sepertinya kakinya mengalami keram.
Saat kami berlari menuju kolam, tiba-tiba saja seseorang melompat masuk kedalam air. Ternyata Rangga. 
Ia pun mencoba menyelamatkan Yerin lalu membawanya ke tepi kolam.
“Yerini.. bagaimana?” Tanya Pak Guru khawatir.
“Pak Guru..sepertinya dia pingsan karna kejadian tadi. Saya akan membawanya ke ruang UKS.   ”
Tawar Rangga yang kini telah basah kuyup.
“Ya.. cepat Rangga” Ucap Pak Guru. 
Langsung saja Rangga menggendong Yerin membawanya menuju UKS.
Sejenak Aku merasakan sesuatu yang aneh saat melihat Rangga melakukan itu pada Yerin.
Bodoh.. apa yang kulakukan?!!  Arini.. Rangga melakukan itu untuk menolongnya.
Lagipula, jika ia memiliki alasan lain.. itukan bukan urusanmu.. memangnya siapa kau!!” Batinku menyadarkanku.
Karna kejadian yang menimpa Yerin.
Pak Guru akhirnya memutuskan untuk menunda pelajaran hingga minggu depan.
Tentu saja ini merupakan suatu keberuntungan bagiku.
Semua orang sudah meninggalkan gedung kolam renang. 
Kini tinggal Aku sendiri yang baru selesai mengganti pakaian. 
Aku hendak pergi saat menyadari kalau ternyata Gelangku hilang. Itu adalah gelang yg diberikan Rangga.
Astaga..? Tiba-tiba Aku teringat sesuatu..
Bodoh!! Pasti Aku menjatuhkannya di dekat kolam saat berlari menuju Yerin.
Tanpa berpikir lama Aku pun bergegas menuju kolam.
Sesampainya disana Aku bingung karna tidak menemukan gelangku disekitar situ.
Tiba-tiba mataku tertuju pada sesuatu. Astaga?!! Ternyata gelangku jatuh kedalam kolam renang.
Aku sungguh bingung harus bagaimana? Aku takut mengambilnya karna Aku kan tidak tau berenang.
Tapi.. itu.. adalah pemberian Rangga padaku. Itu sangat berarti bagiku. 
Aku tidak peduli kalau orang lain akan menganggapku bodoh karna hal ini,
yang ada di pikiranku hanyalah mendapatkan kembali Gelang itu.
Tanpa berpikir panjang Aku langsung melompat kedalam kolam
dan berusaha mengambil Gelangku dibawah sana.
Dan ternyata berhasil. Aku mendapatkannya.
Namun Aku lupa kalau saat ini Aku masih berada di kolam.
Saat Aku mencoba berenang ternyata  Aku tidak bisa melakukannya.
Aku tidak tau harus bagaimana.
Tidak ada seorangpun di tempat ini.
Semakin lama tubuhku juga semakin turun hingga kini Aku benar-benar tenggelam.
Aku sudah tidak kuat lagi, nafasku perlahan mulai habis.
Mendadak Aku teringat akan kejadian saat di pantai bersama Papa.
Saat itu perasaanku juga sama seperti sekarang.
Hanya saja untunglah ada Papa yg menolongku. Tapi sekarang? Tak ada seorangpun di tempat ini.
Mungkin memang akan berakhir seperti ini. Aku..tidak akan melihat Papa lagi, begitupula dengan Rangga.
Selamat tinggal Rangga.. kini Aku sadar kalau ternyata Aku Menyukaimu. Namun malah membuatmu membenciku.
Semoga saja suatu hari nanti kau akan memaafkan sikap bodohku ini...
 Saat Aku merasa nafasku mulai dan dadaku sudah terasa sesak.
Tiba-tiba Aku melihat ada seseorang yang melompat masuk ke kolam dan berenang menuju arahku.
Orang itu ternyata adalah Rangga. Dengan sigap ia menarik tanganku dan berhasil membawaku naik ke tepi.
“Bodoh Hah?!! Kau sadar tidak dengan apa yang kau lakukan barusan?”
Bentak Rangga yang masih terengah.
untunglah Aku masih bisa mempertahankan kesadaranku.
“Biarin.. Aku hanya ingin mengambil sesuatu.. uhuk.. uhuk ”
Kataku terbatuk sambil berusaha menyembunyikan gelang di tanganku.
Aku tidak ingin Rangga tau kalu ternyata yg ingin kuambil adalah gelang ini.
“Apa?! Kamu Gila yaa?!! Kau kan tidak tau berenang.. tapi kenapa kau nekad melompat kedalam air hanya karna sebuah benda..?”
“Jangan sembarangan! Bagiku benda itu sangatlah berharga.
Bahkan mungkin sama berharganya dengan nyawaku. Lagipula apa urusanmu?”
“Bodoh?!!  Kau bilang apa urusanku. Kalau saja Aku tidak kembali untuk mengambil seragamku kau pasti sudah mati tenggelam.
Kau ini selalu membuatku Khawatir!!!” Bentaknya menatapku.
 DEG!! Apa maksudnya..?!!  Apa mungkin selama ini ia selalu memperhatikanku? Apa dia....
“Bagaimana mungkin Aku membuatmu khawatir kau kan tidak..”
“Aku menyukai Kamu !!..”

“Aku menyukai Kamu !!..” Ucapan Rangga yang singkat seketika membuatku tertegun.
Barusan dia berkata apa?  Dia menyukaiku..?!!  Apa dia benar-benar menyukaiku? Perasaanku saat ini bercampur aduk.
“Kau pikir Aku gila hah? Kau ini kan seorang playboy?
Bukan berarti kita sahabat kau tidak berani membohongiku sama seperti cewek2 lainnya..”
“Apa?!! Kau ini.. mengapa kau tidak mempercayaiku hah?” Serunya
“Kenapa?! Hah.. percaya?! kau bilang percaya?
Bagaimana mungkin Aku bisa mempercayai seseorang yang mengatakan kalau ia menyukaiku
sedang Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri berciuman dengan CEWEK LAIN di samping taman!!”
Kataku dengan nada tinggi
“Apaa..?!!  Jadi.. kau ada disana hari itu?” Katanya terbata.
“Gimana?!! Sekarang sudah ingat hah?! Apa kau masih bisa mengatakan kalau kau menyukaiku hah?!!” Kataku kesal.
“Baiklah...  Aku mengerti kalau kau bersikap seperti ini.
Mulai nanti Aku takkan menganggumu lagi tapi sebelumnya Aku ingin memberitahu sesuatu.
Mungkin kau hanya melihat sebagian dari kejadian itu. Dia Mina salah satu pacarku,
tapi saat itu dia sendiri yg tiba2 menciumku. Setelah melakukannya anehnya ia malah meminta maaf padaku.
Saat Aku tanya ia berkata bahwa seseorang menyuruh ia melakukannya saat itu juga.
Namun saat q tanya siapa yg menuruhnya ia malah lari. Anehnya lagi setelah hari itu pula kau menghindariku.
Aku tau kau pasti sulit mempercayai semua ini. Tapi itulah kenyataannya.
Satu hal yg ingin Aku  tau.. apa kau juga menyukaiku?” Kalimat itu berhasil membuatku terpaku.
Haruskah Aku mengatakan kalau Aku juga menyukainya?
“Anehh.. apa kau pikir Aku bisa menyukai seseorang yg jelas2 Aku sendiri tau kalau ia seorang Playboy..” 
Kata2 ini seolah keluar dengan sendirinya.
“Baiklah..  semoga setelah ini kita masih bisa bersahabat seperti dulu”
Ucapnya tersenyum tipis lalu pergi meninggalkanku.
Mungkin, sudah seharusnya begini.  Mungkin hubungan kami hanya sebatas sahabat.”
Batinku seraya meneteskan airmataku yg tak dapat ku bendung lagi.
“Bodohh...!!  Kenapa kau harus menangis hanya karena diaa!!  Bukankah dia sudah menyakitimu?!!
Dia bahkan dengan santai mencium Mina ceweknya itu daripada menemanimu pulang..” 
Bentak sebuah suara yg kukenal. 
Rahadian.  Yang mengejutkanku bukan karena Rahadian yg muncul tiba2 tapi karna ucapannya barusan.
“Rahadian,  darimana kau tau nama cewek itu Mina? Dia kan bukan siswi sekolah kita.
Lagipula saat itu kita juga melihatnya hanya dari kejauhan.
Apa mungkin kau yg berada di balik semua ini?”
Tanyaku memastikan sesuatu.
 Apa mungkin dia dibalik semua ini...?
Rahadian diam sejenak. ”Oke, memang Aku yg menyuruhnya!! ”  Aku tidak percaya dengan yg baru saja Aku dengar,
ternyata dia sudah merencanakannya dari awal. “Kenapa? Apa salahnya padamu?”
“Hm.. dia memang tidak salah apa-apa.
Awalnya Aku hanya iseng mencoba memisahkan kalian.
Karena yg Aku dengar kalian berdua sangatlah dekat.
Tapi saat Aku tau kalau ternyata kau menyukainya.
Entah kenapa Aku merasa kesal. Saat itulah Aku pikir kalau Aku mungkin menyukaimu”
Ucapnya menatapku.
“Dasar Bodoh!!” Kataku enteng.  Ia mengernyitkan dahinya.
“Orang yg kau sukai bukanlah Aku,melainkan Yerin.” Tambahku.
“Ap... Apa? A..apa maksud..mu?” Katanya gagap.
“Cowok Bodoh!! Kekhawatiran mu pada Yerin melebihi rasa kesal yg kau rasakan saat kau tau Aku menyukai Rangga.
Kesal yg kau rasakan saat itu hanyalah karena kau khawatir
Aku akan dipermainkan olehnya yg menyandang predikat sebagai seorang Playboy.
Tapi rasa khawatirmu pada Yerin memang berasal dari hati kecilmu yg kesal dan sakit saat ia sedih dan terluka.
Apa kau sadar akan hal itu?” Kataku menyadarkannya.
“Tidak mungkin?! Bagaimana ini bisa terjadi?! bukankah..
bukankah seharusnya Aku membencinya? Kenapa?
Kenapa  Aku bisa menyukainya.. Kenapa?!!”
Ucap Rahadian yg sepertinya masih bingung dengan dirinya sendiri.
“Entahlah.. yang Aku tau kalian sudah bersama sejak smp.
Dan dalam waktu yang lama seperti itu Aku yakin bersamaan dengan kebencianmu padanya ada hal lain yang kau rasakan..
Yang Aku tau saat ini kau menyadari kalau sebenarnya kau memang telah menyukainya.
Oh ya Aku lupa..ini..”
Ucapku lalu memberikan sebuah botol minuman.
“Ini..” Ucap Rahadian singkat sambil menatap minuman itu.
“Itu diberikan oleh Yerin. Dia ingin Aku memberikannya padamu.
Katanya dari dulu kau suka minum itu setelah olahraga.
Hm..apa kau tau, sekalipun dia tau kau membencinya,
dia masih tetap berusaha tersenyum mendukung dan memperhatikanmu.
Dan dari sikanya itu Aku bisa tau kalau dia sangat menyayangimu.
Yerin bukan batu yang tidak dapat menangis saat terluka Rahadian. 
Jadi Aku minta berhentilah membohongi dirimu sendiri dengan terus melukainya.” Pintaku.
“Kau benar..." Ucap Rahadian pelan. Membuatku menatapnya dalam.  Akhirnya..
"Aku memang selalu berusaha membohongi diriku sendiri.
Padahal Aku sadar..sejak dulu Aku sudah.. menyukainya.!
"Terima kasih Arini.. sepertinya Aku tau harus melakukan apa saat ini.”
Katanya tersenyum lebar lalu berlari meninggalkan ruangan.

================================



Aku sedikit bingung saat membuka mataku.
Aku sedang terbaring di ranjang dan berada di dlaam ruangan bercat putih.
Tercium bau obat-obatan. Membuatku akhirnya teringat dengan kejadian di kolam renang.
Tidak ada seorang pun disini.
Aku berniat pergi namun terkejut saat melihat sosok yang muncul dari balik pintu.
Rahadian berjalan menghampiriku yg kini dalam posisi duduk di ranjang.
“Mau kemana?! Bukankah kau sedang sakit..?!” Tanyanya melihatku.
“ndak koq,  Aku sudah agak baikan.. lagipula Aku tidak mau merepotkan perawat sekolah lagi.
Ini kan hanya kecelakaan kecil” Ucapku tersenyum.
“Aku dengar kau menyuruh Arini memberikan ini padaku..” 
Katanya seraya mengeluarkan minuman itu dari kantong celananya.
Egh?!!!  Bukankah Aku menyuruhnya agar tidak memberi tau kalau Aku yg memberikannya.
Aah.. pasti ini alasan Rahadian kemari. Dia pasti mau memarahiku lagi.. huft..
“Ba.. Bagaimana..? Apa.. minumannya enak? Bagaimana rasanya..?”
Tanyaku menyembunyikan sedikit rasa takutku.
“Kau mau bagaimana rasanya..?!!” Tanyanya menatapku tajam yang kemudian ku jawab dengan anggukan.
Ia pun langsung meneguk minuman itu. Sedikit rasa khawatir muncul di benakku.
Bagaimana jika rasanya aneh atau.. CUP!!!
 Saat Aku berpikir mendadak akhirnya Aku tau bagaimana rasanya.
Itu karna Rahadian tiba-tiba meminumkannya padaku.
DEG!! Tapi yang membuatku shock karna dia meminumkannya padaku menggunakan mulutnya.
Entah apa yang terjadi padaku. Aku sama sekali tidak berkutik. Sampai akhirnya kini ia melepaskanku. Aku masih tetap kaku.
“Kenapa?!! Kenapa  tidak memberikannya langsung padaku?!” Tanyanya menatapku.  Kini wajah kami berhadapan.
“Ma.. Maaf.. Aku takut kalau kau tau itu dariku kau akan marah..
jadi Aku pikir jika Arini yg memberikannya kau akan merasa senang..”
“Bodoh!!  Kau ini.. selalu saja memikirkan orang lain tanpa pernah memikirkan dirimu sendiri.
Tapii.. mungkin itulah yang membuatku sampai menyukaimu.” Aku sungguh terkejut dengan ucapannya itu.
“beb.. Benarkah? Lalu bagaima...” Cup!!  Ia kembali menciumku sekejap
“Berhentilah bertanya..nanti q jelaskan dirumah. Kasian yang nulis bingung critanya kok ga tamat-tamat siih..?!!"

*Hhaha, Rahadian trnyata ngerti jg. Makasih Rahadian" hehe :P



::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Sore hari Aku baru saja hendak pulang ke rumah sampai langkahku terhenti melihat sesuatu.
Aku melihat Rangga yang di kelilingi oleh beberapa cowok yang rasanya bukan dari sekolah kami.
Apa yang mereka lakukan disini? Bukankah semua siswa sudah pulang.
Lagipula apa hubungannya dengan Rangga?.
“Jadi kau? Cowok brengsek yang sudah berani merebut cewekku hm..?” Gertak seorang diantara mereka.
Sepertinya ia pemimpinnya.
“Menyingkirlah.. Aku sedang tidak ingin meladeni siapapun saat ini”
Sahut Rangga singkat lalu berniat pergi namun ditahan oleh cowok itu.
“Heii... berani sekali kau bicara begitu!” Ia lalu menatap temannya yang lain seolah menandakan sesuatu.
Seketika itu juga kedua cowok lain memukul wajah Rangga hingga ia terjatuh.
Aku yang melihatnya spontan berlari kearah Rangga.
“Rangga! Kau kenpa?!!” Tanyaku panik melihat wajahnya yang lebam.
“Bodoh!! Apa yang kau lakukan disini?!! Cepat pergi!!” Bentak Rangga.
“Wow.. ternyata mau jadi penolongmu yah? Hebat juga.. Atau jangan2 dia ini cewekmu?!! Kalau benar dia ini cewekmu.
Aku akan pertimbangkan untuk memberimu pelajaran. Tapi kalau bukan..” Ucap cowok dihadapan kami.
 Rangga tidak menjawab. Aku mengerti,dia pasti bingung harus menjawab apa.
Tapi Aku akan mengerti kalau nantinya dia kan menjawab Ya. Demi keselamatannya.
“Bukan. Dia bukan cewekku!!  Biarkan dia pergi.. dia tidak ada hub..”
 Entah setan apa yang telah merasukiku hingga Aku berani melakukan ini.
Tubuhku seolah bergerak sendiri dan langsung mencium bibir Rangga.
Membuat kami semua yang ada disana terperangah.
Begitupun denganku yang akhirnya menyadari apa yang barusan kulakukan hingga melepaskan ciumanku.
DEG!!..DEG!! Rasanya jantungku berdetak begitu cepat saat ini.
Aku sendiri masih terkejut dengan yang kulakukan tadi.
“Iya.. Aku memang ceweknya!!” Tegasku. Yang ada di pikiranku saat ini hanyalah bagaimana agar kami bisa selamat.
“Wow..hebat juga!! Hmm.. awalnya Aku memang berpikir untuk melepaskan kalian kalau ternyata kalian pacaran.
Tapii.. kalau mengingat sakit hatiku. Aku setidaknya harus memberikan sedikit pelajaran pada kalian.”
Timpal cowok itu. Aku tidak menyangka ternyata ia berbohong.
“Kawan2..beri pelajaran Cowok ini lebih dulu..” 
Katanya mengisyaratkan kawan2nya hingga mereka menarik dan mengeroyoki Rangga.
“RANGGA..!! Jangan.. kumohon lepaskan diaa!!” Pintaku yang kini mulai terisak.
Aku benar2 tidak tahan melihat Rangga yang kini babak belur karna dipukuli mereka.
Sekilas tatapanku tertuju pada salah seorang dari mereka membawa sebuah balok kayu,
sepertinya ia berniat memukul Rangga dengan itu. Aku tidak peduli kalau ini tindakan bodoh.
Spontan Aku berlari kearah Rangga dan tepat saat itu juga cowok itu mengarahkan kayu itu ke Rangga dan BUUKK!!
Aku bisa merasakan sakit yg luar biasa di punggungku dan tiba” saja semuanya menjadi gelap.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::



Aku sungguh terkejut saat melihat Arini yang terkena pukulan saat berusaha melindungiku.
Seketika Aku merasa emosiku memuncak.
Dan tanpa berkata apa2 Aku langsung menghajar cowok-cowok brengsek itu satu persatu,
salah satu dari mereka sempat memukul lenganku dengan balok kayu yg tadi juga digunakan memukul Arini.
Kekesalanku semakin menjadi hingga Aku pun merebut kayu tersebut lalu menggunakannya untuk menghajar mereka.
Hingga mereka akhirnya pergi dengan keadaan yang Aku pastikan mereka tak akan pernah melupakannya.
Setelah itu Aku pun menggendong dan segera membawa Arini ke rumah sakit.



Aku masih merasakan sakit di bagian punggungku. Aku tidak lupa dengan kejadian yang baru saja terjadi.
Saat Aku membuka mata yang tampak didepanku saat ini adalah Rahadian dan Yerin. Kenapa mereka ada disini?
“Kalian.. kenapa bisa ada disini.. dan..” Tiba2 saja Aku teringat Rangga. “Rangga dimana?!!” Tanyaku pada mereka. 
Aku benar2 khawatir padanya saat ini.
“Tenang... dokter membawanya ke ruangan lain untuk dirawat.” Jawab Rahadian berusaha menenangkanku.
“Kalian.. Cepat,  antarkan aku padanya.. Cepat..” Mohonku pada mereka.
“Jangan.. kau kan masih..” Ucapan Yerin terpotong
“Tolonglah... Aku hanya ingin melihat keadaannya. Please..”
Sepertinya mereka merasa kalau permintaanku kali ini tidak bisa ditahan lagi.
Mereka akhirnya bersedia mengantarku. Hingga tibalah kami didepan sebuah ruangan yang jaraknya tak jauh dari kamarku.
Kami pun masuk.
Didepanku kini terbaring seorang cowok.
Cowok yang wajahnya begitu membekas di pikiranku.
Wajah yang selama ini selalu tersenyum saat bersamaku.
Kini ia hanya diam dengan gips di tangan dan matanya terpejam.
“Dia hebat juga.. kata suster yang merawatmu tadi dia yang menggendongmu hingga ke rumah sakit ini.
Tapi anehnya dia seolah tidak sadar kalau tangannya juga sedang sakit.
Aku tidak percaya dia masih bisa mengangkatmu dengan keadaan tangan yang retak.”
Ucap Rahadian seraya menatap Rangga yang masih terlelap.
“Tapi dia melakukannya.. dia mampu melakukannya demi menyelamatkan Arini..” Kata Yerin mengakhiri.
 Saat itu pula Rangga mulai sadar dan membuka matanya perlahan. Aku benar2 senang hingga meneteskan airmataku.
“Bagaimana?! Bagaimana keadaan mu?!!” Tanyanya seketika saat melihatku
“Bodoh!!  Kau masih tanya apa Aku baik-baik saja.
Yang terluka parah itu kau.. tapi kau masih bertanya apa Aku baik2 saja!!” Kataku terisak.
“Ka.. Karena... Aku hanya khawatir padamu. Aku pikir Aku tidak akan melihatmu lagi..” Sesalnya.
“APA?!! Hei.. kau pikir Aku akan mati hanya karna orang itu memukulku di bagian punggung..?!
enak saja.. memangnya separah itu!!”Kesalku.
“Hehe..maaf deh kalau gitu. Aku kan Cuma khawatir..” Ucapnya lalu mengusap airmataku.
“Hm.. Rangga, sebenarnya Aku ingin mengatakan sesuatu..” Kata Rahadian tiba-tiba.
“Tentang miina kan..? Udahlah, Aku sudah dengar semuanya dari dia..” Terang Rangga membuat Aku dan Rahadian bingung.
“APA? Jadi kau...?” Ucapan Rahadian terhenti.
“Udahlah.. Aku tau kok kau yg menyuruhnya melakukan itu.” Timpal Rangga
“Appa?! Lalu kenapa  kau tak memberitahuku dari awal?” Tanyaku heran.
“Bodoh?!  Kalau Aku langsung memberitahukan padamu apa kau akan langsung percaya padaku?
Lagipula Aku tidak ingin merusak persahabatan kalian.” Jawabnya tersenyum. 
Aku benar-benar tidak menyangka. 
Jadi selama ini dia lebih memilih Aku membencinya daripada harus merusak hubunganku dengan Rahadian.
“Terima Kasih!!  Sekarang Aku yakin tidak ada orang lain yang bisa menjaga Arini lebih baik darimu..”
Kata Rahadian tersenyum.
Saat kami tersenyum tiba2 saja Aku merasa wajah Rangga semakin lama semakin dekat. 
Hei..!! Jangan bilang kalau dia ingin menciumku.
Anehnya Aku yang mencoba menolak malah ditahan oleh tangannya, kenapa?!
“YAA!! Kalian lupa kalau kami disini ya?!!” Protes Rahadian.
Aku baru sadar kalau Rahadian dan Yerin masih ada disini. Untunglah mereka menghentikannya kalau tidak..
“ahh.. kalian ini mengganggu saja..CUP!!” Kata Rangga lalu mengecup bibirku singkat lalu mengedipkan matanya.
Dasar Rangga. Aku tidak menyangka dia masih berhasil melakukannya walaupun sudah dihentikan sebelumnya.
Sekarang wajahku pasti merah dibuatnya. DEG!! DEG..! Aaiiissh.. sial.. dia berhasil membuatku malu!!
“DASAR..?!! baru juga ku restui kau sudah berani hah..?! Sini kupatahkan juga kakimu sekalian..
supaya kau tinggal lebih lama dirumah sakit ini dan tidak dapat bertemu Arini..” Canda Rahadian seraya menghampiri Rangga.
“APA?! Hah.. kau pikir segampang itu..?!! Kemari kalau bisa.. Aku tak akan menyerah..!!”
Seru Rangga tak kalah semangat sambil mengepalkan tangannya.
“Haha!!  Hei..bagaimana mungkin kau bisa melawanku dengan tangan yg seperti itu?” Ledek Rahadian.
“Apa.. tentu sa..!!  Aku lupa.. !!” Sepertinya Rangga baru menyadarinya.
“Haa..haa..bukankah kau bilang berani padaku. Sekarang ayo kita mulai..”
Ucap Rahadian mulai mendekati Rangga dengan evil laughnya.
“Egh,,Rahadian.. bukankah kau orang baik? Kalau penyakitku tambah parah. 
Aku tidak bisa secepatnya kembali ke sekolah..” Ucap Rangga yang mulai gugup.
“Oh ya?! Hmm.. sayangnya Aku lebih suka jika hal itu terjadi..kemari kau..”
Seru Rahadian sambil melompat kearah Rangga yang seketika juga mencoba melarikan diri.
Aku dan Yerin hanya tertawa melihat tingkah mereka.

Aku tidak pernah mengira orang dihadapanku saat ini, kini menjadi cowokku sendiri.
I Love U my dear  Playboy.. ^^

The End

Categories: , ,

0 komentar: