Distorsi

Ryo.. siapa yang tidak mengenal dia? Tampan, berkharisma tinggi, tajir dan mempunyai otak setara dengan
Einstein, ups.. mungkin memang aku yang terlalu berlebihan tapi toh nyatanya dia memang pemegang rekor IQ tertinggi di sekolah ini.
Dia PERFECT! tidak.. tidak semua orang mempunyai kelemahan begitu pula pangeran sekolah ini. Dia gay! dan yang lebih parahnya pasangannya adalah  Shandy cowok berandal dengan jumlah basis penggemar cewek paling banyak.Tipikal cowok bad boy tapi sekaligus misterius.


Dan aku adalah Ahra seorang gadis biasa dengan otak biasa dan mempunyai aura yang hampir semua orang tidak sadar bahwa aku ada.. yah kecuali saat mereka membutuhkan keberadaanku. Dan aku adalah satu-satunya yang mengetahui hubungan mereka sekedar lebih dari teman.
Itu terjadi dua hari yang lalu…
Saat itu aku sedang piket, sendirian!
oke.. seharusnya memang aku piket dengan 3 orang temanku yang lain. Dan parahnya mereka adalah geng centil yang hampir tidak pernah mau memegang gagang sapu.
“Ahra sayang..” Tuh kalau mereka udah manggil dengan embel-embel kata sayang, berarti ada maunya.
Sera menyibakkan rambut ikalnya yang bewarna cokelat dan memandangiku dengan tatapan uuhhh… genitnya.
“Ada apa Sera?” Aku tetap berusaha tersenyum, setengah memaksa.
“Hari ini kami mau mengerjakan tugas, jadi kamu aja yang piket ya say? nggak apa-apa kan? ” Rayunya halus, dua dayangnya langsung terkikik dari balik bahunya. Hah?
mereka ngerjain tugas? memang aku nggak tahu kebiasaan mereka habis pulang sekolah. Selalu ke Mall untuk ngecengin cowok. Dan jika ada tugas pasti mereka pada lari ke Mina temanku yang paling pintar.
“Gimana, mauuu kan?” Sera udah mulai mengeluarkan tatapan ‘kau akan mati jika tidak mau melakukannya’. Oh baiklah aku
memang pengecut yang bahkan tidak
berani untuk menolak siluman rubah yang satu ini.
“Oke..”
Sera dan dua temannya saling
melemparkan senyum melecehkan,dan mengambil tas mereka masing-masing.
“Ahra kau memang pengecut!” Aku mengacak-acak rambutku dengan kesal.
Aku berjalan ke gudang yang terletak di bawah tangga, dan saat itulah aku melihat Ryo dan  Shandy saling
berpandangan di tangga. Ryo tampak memunggungi Shandy. Oke..aku tidak terlalu jelas melihat karena aku sudah bersembunyi di balik tembok. Dan aku melihat Shandy menunduk dan tangan Ryo mengangkat dagunya.
“Tdak apa-apa, lihatlah kemari.”
“Astaga… apa yang mereka lakukan?” Aku mengintip dari celah-celah jariku, Ryo semakin mendekatkan wajahnya kearah Shandy dan Braaakk…
Aku ternganga , secara tidak sadar kakiku sudah menabrak tong sampah
kecil. Mereka berdua menoleh bersamaan dan menatapku dengan pandangan menakutkan.
Gleek… aku harus kabur.
“Hei! Jangan lari!” Dasar bodoh tentu saja aku tidak akan bisa berhenti berlari. Aku langsung mengambil mantel dan tas sekolahku yang tergantung di meja.

****
Jam 6 pagi.
Aku sudah memasuki gerbang sekolah. Uuh .. ini memang bukan
kebiasaanku. Aku termasuk siswi yang akan masuk tepat sebelum bel berbunyi tapi aku juga bukanlah siswi yang lari dari tanggung jawab.
Selain itu aku juga menghindari pertemuan dengan Ryo dan Shandy.
“Fiuh..untunglah sekolah masih sepi.”Aku segera melaksanakan tugas
kebersihan. Dengan cepat kelas sudah bersih dan wangi. Setidaknya aku telah lepas dari amukkan Sera dan geng centilnya itu.
“Ahra Sshi.” Suara berat itu membuatku menghentikan segala aktivitas yang kulakukan.
“Ya?” Ach… ternyata itu  Ryo.. lelaki
yang tidak paling ingin kutemui saat ini, apalagi setelah aku memergoki dia
memandang mesra sahabatnya.
Reflek aku segera mengambil sapu dan pasang aksi.
“Aku tidak melihat apapun.. benar aku tidak melihat apapun.” Aku memejamkan kedua mataku dan menggeleng kelewat antusias. Setelah kejadian itu aku baru
menyadari kebodohanku itu (-.-)
Hembusan napas beraroma mint itu
menggelitik telingaku.
“Kebohongan manusia bisa dideteksi dari detak jantungnya, tatapan mata dan ucapan. Ahra Sshi kau bukan pembohong yang baik.”
Aku membuka sedikit demi sedikit kelopak mataku, wajah sempurna Ryo terpampang jelas di kedua bola
mataku. Aku bahkan bisa mencium aroma parfumnya.
“S..sungguh.. aku tidak akan mengatakan pada siapapun.Percayalah padaku.”
Ryo tergelak melihat reaksiku. Tiba-
tiba seseorang mendengus kelewat
keras, Shandy dan Ryo?
kombinasi pria yang aku harapkan untuk tidak bertemu denganku.Untunglah dia tidak menunjukkan keinginan untuk mendesakku.
“Ryo.. jika kau sudah selesai kutunggu di taman belakang.” Shandy menyenderkan tubuhnya.Dia langsung pergi tanpa menunggu jawaban Ryo.
Aku masih tetap dengan posisiku,entahlah.. seakan waktu lupa untuk berputar.
“Ahra mau mencoba sebuah ciuman panas seperti yang kami lakukan kemarin siang?”
“Hah?” Aku menatap wajahnya dengan kebingungan yang teramat jelas. Ryo meletakkan kedua tangannya diatas bahuku,mendorong tubuhku hingga
terpojok ke dinding kelas.
“Emmphhh…” Bibir Ryo tanpa ampun
langsung menyerang bibirku. Kasar dan terlalu menekan keras. Aku meronta berusaha melepaskan ciumannya tapi kekuatan Ryo tidak bisa membuatku melepaskan ciumannya.
Ryo menciumku dengan paksa selama lebih dari satu menit dan itupun karena terdengar derap langkah siswa-siswa yang lain.
Aku terengah-engah setelah dia
melepaskan bibirnya,
“Apa otakmu rusak?” Aku berbicara dengan nada geram, berusaha tidak meneriakkan hal yang malah akan membuatku malu setengah mati.
“Berbanggalah Ahra, ciuman pertamaku telah kuberikan
kepadamu.” Ryo merapikan
seragam sekolahnya yang kusut dan
langsung berpaling dariku.
Dia menyapa siswa-siswa yang baru datang dengan nada biasa, seolah tidak pernah terjadi apapun.
Aku masih kaku tidak bergerak, terlalu
susah untuk memproses apa yang baru dikatakannya.
Hari ini aku sama sekali tidak bisa
mencerna pelajaran yang diberikan
Guruku. Kurasa otakku sudah penuh
dengan bayangan adegan tadi pagi.Kuraba bibirku, aku masih bisa merasakan sentuhan hangatnya disini.
Tunggu.. jika itu ciuman pertamanya?
Berarti jangan-jangan aku sudah salah paham melihat kejadian kemarin.
Bunyi bel pertama membuatku buru-buru melangkah dan berlari kearah kelas Ryo. Oh tidak usah ditanya,mengapa aku tahu kelas Ryo. Semua murid sudah tahu dimana pangeran sekolah berada, tentu saja di kelas khusus.
“Ouch!! Aku terjengkang saat seseorang menubrukku.
“Ah..kau jatuh?”Suara bernada kelewat santai, dia bahkan tidak berniat mengulurkan tangannya untuk menolongku.
“ Shandy!!”
Shandy mengernyit, memandangiku
dengan muka heran dan err.menahan tawa.
“Hei…tolong tutup rokmu itu. Sebelum orang-orang mencapmu sebagai cewek pervert.”
Aku langsung tersadar dengan
kondisiku, Aaarghh.. rokku tersingkap. Cepat-cepat aku langsung
berdiri dan membetulkan rokku.
“Tidak minta maaf?” Ulangku dengan nada jengkel.
Dia menggeleng perlahan.
“Bukan salahku jika kau terjatuh.”
Aish… dia benar-benar tipe cowok yang benar-benar menyebalkan.
“Percuma bicara denganmu. Lebih baik aku segera menemui Ryo. ”Aku melewati Shandy, dan tiba-tiba saja tangannya sudah mengenggam pergelangan tanganku.
“Untuk apa kamu menemui Ryo?” Tanyanya.
“Apa aku harus memberitahumu?”
“Aku tidak akan melepaskan tanganmu sebelum kamu mengatakannya. ”Ujarnya
dengan nada dingin.
Aku mendengus, Shandy sudah
memandang mataku dengan tatapan
menyebalkan.
“Kita bicarakan saja di tempat
sepi. ” Shandy menggeretku menjauh dari lorong sekolah. Dia sama sekali tidak menggubris nada protes yang kukeluarkan.
Shandy membawaku kesebuah kamar mandi cowok yang rusak, toilet ini memang tidak pernah digunakan setelah desas- desus ada hantu perawan yang muncul. Aish… jika Shandy masih menatapku dengan pandangan membunuh,kurasa aku bisa menjadi hantu
perawan berikutnya -.-”.
Shandy mendorong tubuhku hingga
merapat ke dinding, kedua tangannya
menghalangi tubuhku untuk melangkah ke kiri maupun ke kanan.Alias stagnan berada di depan wajahnya.
“Jadi apa yang ingin kau katakan kepada Ryo?”
“Kau ini kenapa sih? oh.. oke baiklah aku akan bilang setelah kau melepaskan kedua tanganmu itu. Aku tidak nyaman..” Aku
menyerah, sebenarnya tubuhku agak
bergidik juga merasakan aura hitam di belakang Shandy.
Akhirnya Shandy melepaskan
tangannya, dan agak mengendurkan otot - ototnya.
“Aku ingin tahu alasan dia menciumku tadi pagi.” Desahku.
“Dia menciummu?” Tanya Shandy tidak percaya.
“Mencium secara paksa lebih
tepatnya.” Koreksiku lagi.
“Lalu apa kau menyukainya?”
“Ciumannya atau orangnya?”
“Dua-duanya.” Kata Shandy tidak sabar.
Aku tampak berpikir sejenak, Shandy
mendekap kedua tangannya. Dia
menungguku untuk memberikan jawaban atas pertanyaannya yang benar-benar konyol.
“Ryo tampan tentu saja aku
suka, untuk ciumannya kurasa aku akan suka jika dia melakukannya lebih lembut.” Aku masih dengan pose berpikir, sebelum sebuah tangan menyentuh daguku. Shandy
menunduk, mendaratkan ciuman
hangatnya di bibirku. Aroma tembakau dari mulutnya terasa sangat asam di bibirku. Aku tidak menolak malah memejamkan kelopak mataku.
Kami berciuman selama.. errrr?? Maaf
kurasa aku tidak sempat menghitungnya.
Shandy melepaskan bibirnya, kubuka
kelopak mataku.
“Anggaplah ciuman itu untuk menghapus jejak bibir Ryo yang tertinggal di bibir busukmu itu.Jangan dekati Ryo lagi!” Dia menggosokkan bibirnya dengan
raut jijik. Dan meninggalkanku sendiri di toilet menyeramkan ini. Aku bengong…..

*****

“Ahra.. Ahra….” Aku terkejut saat
melihat Ryo sudah duduk di bangku
depanku. Wajahnya tampak cemas dan sedikit merasa bersalah. Aku bahkan tidak tahu bagaimana aku bisa sampai di kelas dan tidak menyadari bahwa jam sekolah
sudah berakhir.
“Ah..eh…” Kepikunanku semakin bertambah-tambah.
“Apa seranganku yang tadi pagi benar- benar membuatmu bingung? Kalau iya aku benar-benar minta maaf.” Ryo menggengam tanganku dan pandangan matanya saat menatapku benar-benar pandangan orang yang sedang jatuh cinta.. ah atau mungkin aku yang terlalu
kegeeran?
“Ahra Aku Cinta Kamu..” Oh Tuhan..ternyata perkiraanku benar-benar menjadi kenyataan.
Aku terdiam.. bingung harus menjawab apa.
“Aku tahu kau terkejut mendengar
pernyataanku. Tapi percayalah aku benar- benar menyukaimu sejak kita berdua duduk di sekolah dasar.”
“Sekolah dasar? Apa aku pernah sekolah di tempat yang sama denganmu?”
Ryo terkekeh, dia mengenggam
tanganku lebih erat.
“Aku sudah menebak kalau kau sudah melupakan aku. Cobalah ingat pada murid pindahan bertubuh pendek, kurus dan berkacamata tebal dengan logat yang sangat aneh.Aku dulu adalah murid pindahan dari luar kota.. “ Ryo menjelaskannya secara perlahan-
lahan. Otakku mulai berpikir dan mencari bagian-bagian saat aku masih menjadi anak sekolah dasar yang masih ingusan.
“Ah! Aku ingat saat itu kamu terus berdiri di pojok kelas, sama sekali tidak mau bergaul. Wow..perubahanmu benar-benar
dramatis. ”Pujianku disambut deraian tawa.
“Betul.. dan saat itu hanya anak
perempuan berambut ikallah yang
mengulurkan tangannya untuk
mengajakku bermain. Sejak saat itu aku selalu mencarimu, tidak kusangka sekarang kita kembali menjadi teman satu sekolah.”
“Tunggu! Jadi selama ini kamu tidak pernah tahu bahwa aku teman sekolahmu?” Aku mengernyit keheranan.
Ryo menggeleng
“Tapi untunglah kemarin kamu
memergokiku bermesraan dengan
Shandy. Aku jadi penasaran siapa cewek yang lari ketakutan dan itu ternyata adalah gadis yang selama ini aku cari. ”Ryo tersenyum lembut.Nah apa kubilang kan?
keberadaanku ini gampang membuat aku tidak diingat orang.
“Jadi apa yang kamu lakukan dengan
Shandy kemarin sore?” Tanyaku
penasaran. Terlebih setelah mengingat perlakuan Shandy untuk menyuruhku menjauhi Ryo.
“Jangan bilang kau menganggap orientasi seksku menyimpang!” Kata Ryo lumayan kesal. Aku langsung mengedikkan bahu.. Ryo mendesah.
“Aku hanya melihat matanya yang
kelilipan,Tidak lebih! Jadi apa kau mau menerimaku?” Ujarnya lagi dengan nada tidak sabar .Aku mengangguk, tidak mungkinkan aku menolak lelaki sesempurna ini?

*****

Aku datang kesekolah bersama Ryo. Kurasakan beberapa tatapan
mata para gadis menusuk sangat
tajam. Aku.. gadis yang tidak pernah
diperhatikan kini menjadi pusat perhatian satu sekolah hanya karena aku datang sebagai status pacar sang pangeran. Dunia ini benar-benar mempunyai pandangan
sempit!
“Ryo!!” Shandy berlari kearah kami
berdua. Keringatku langsung menetes, teringat berbagai kilasan peristiwa kemarin.
Shandy mengalungkan leher Ryo
dengan sangat bersahabat.
“Shandy….bisakah kau melepaskan
rangkulanmu yang menyakitkan
ini?” Ryo melepaskan rangkulan
Shandy dengan gerak tubuh yang sangat tidak nyaman. Gantinya tangannya malah merengkuh pinggangku.
Shandy melemparkan tatapan tajam
kearahku saat Ryo teralihkan
perhatiannya. Dia mengucapkan kalimat hampir tidak bersuara.
“Gadis sialan!!”
Aku membelalakkan kedua mataku, tak kusangka mulutnya sekasar itu.
“Apa yang kau katakan?” Desisku geram.
“Ada apa sayang?” Tanya Ryo dengan
alis bertaut. Jelas dia tidak mendengar makian Shandy padaku.
“ga pa pa…”Aku mengeratkan rangkulanku dan memeletkan lidahku kepada Shandy.
“Ryo apa kau lupa kita harus
menemui kepala sekolah soal beasiswa itu.. adduh.. sebaiknya kita datang sebelum bel sekolah.” Shandy menepuk jidatnya
dan melepaskan genggaman tangan
Ryo.
“Oh iya aku lupa.. sayang, tidak apa-apa kan aku meninggalkanmu?”
“Tidak apa-apa yank.” Kataku dengan
senyum terpaksa.
Shandy menggeret Ryo menjauh
dariku, dan sempat-sempatnya dia
melemparkan senyum meremehkan
padaku? Sialan kau Shandy!!

****

Aku meletakkan tas sekolahku diatas
meja, baru saja pantatku menyentuh
bangku. Sera dan dua dayangnya
muncul melemparkan senyum
mencibir. Kugosok daguku, dan Ahhh.. dia pasti akan bertanya kenapa aku bisa berpacaran dengan laki-laki most wanted di sekolah ini.
“Apa benar kau pacaran dengan Ryo?” Tuh.. kan apa yang kubilang.
“iya... kenapa?”
Sera mendengus saat aku menjawabnya dengan sesantai mungkin. Jelas dia adalah perempuan yang selalu mengincar posisi menjadi pacar Ryo.
“Oh..teman-teman lihatlah gadis tidak tahu diri ini.” Dia menudingku dengan sangat kurang ajar.
“Gadis yang menganggap kebaikkan
Ryo adalah bukti bahwa pangeran
sekolah ini menyukainya. Mimpi saja
kau!!” Teriaknya kasar. Aku selalu tahu Sera adalah perempuan yang tidak pernah menerima kenyataan yang menyakitkan dan memutar balikkan fakta.
“Ehem..maaf saja ya. Tapi aku adalah gadis yang bisa membuat Ryo
mengeluarkan kalimat ee.. Aku cinta kamu Ahra.” Ucapan dan nada yang keluar dari bibirku benar-benar tidak bisa dihentikan.
Muka Sera langsung berubah merah,lebih merah dari tomat. Tiba-tiba saja dia sudah menyerangku dan menjambak rambutku.
“Kurang ajar!!!” Dia mencengkram kuku- kukunya yang panjang ke kulit kepalaku.
Aku berteriak kesakitan,dan berusaha
melepaskan cengkramannya.
Sebuah tangan memegang lengan Sera yang menjambakku, dan saat itu aku melihat Ryo menatap Sera dengan pandangan marah.
“Lepaskan!” Suara berat Ryo dan
rendah hampir seperti sebuah desisan membuat Sera melepaskan
tangannya. Manik matanya tampak
ketakutan.
“Pergi dari sini sebelum aku habis
kesabaran.”
Sera langsung lari terbirit-birit bersama dua dayangnya. Kelas yang semula ramai melihat pertengkaran kami berubah sunyi. Hanya dengan sebuah kerlingan mata dari Ryo,mereka semua pergi meninggalkan kami berdua di kelas.
Ryo merunduk dan membelai kedua
pipiku yang memerah. Wajahnya tampak merasa sangat cemas dan merasa bersalah. Dia menyisir rambutku dengan jari-jarinya.
“Maafkan Aku..” Hanya satu kalimat yang keluar dari bibirnya tapi itu sudah membuat jantungku berdegup tidak menentu.
“Untuk apa kamu meminta maaf? Bukan kau yang salah tapi siluman rubah itu.” Tanganku ganti membelai pipinya.
“Tapi dia melakukannya gara-gara kamu berpacaran denganku.”
Aku mendesah, kemudian kukalungkan lenganku di lehernya.Mendekapkan kepalaku di dadanya yang bidang.
“Sudahlah..dia sudah membenci aku jauh sebelum aku berpacaran
denganmu. Lagipula aku senang kamu ada disini.”Ujarku perlahan sambil mendongakkan wajahku untuk melihat matanya lebih dekat.Aku bisa melihat bayanganku di bola matanya yang cokelat.
Ryo tersenyum dan mengangkat
tubuhku sedikit, dia membawaku keatas meja dan menciumku. Sebuah ciuman lembut yang sangat berbeda saat pertemuan kami berdua.

****

Aku duduk gelisah di sebuah kedai
kopi. Mocaccino yang kupesan bahkan kubiarkan saja karena mataku tak bisa berhenti melirik jam yang melilit erat di pergelangan tanganku.
Krintring~~~
Suara bel kecil itu membuat senyumku sumringah, Itu Dia Ryo
datang.. Tunggu! dia bersama Shandy?? Oh God
“Hai maaf menunggu lama sayang..”Dia mencium keningku lembut.
“Tidak apa-apa yank.. Hei Shandy.”Sapaku dengan nada kurang ajar.Untuk apa coba aku nambahin kata yank buat dia..
Shandy tidak mengindahkanku dan malah menjentikkan jarinya,memanggil pelayan.
“Jus Strawberry satu. ”Brrphhh..dia
memesan jus strawberry.
“Kenapa tertawa? Memang aneh aku
memesan jus strawberry heh?” Tanyanya melemparkan pandangan sadis kearahku. Aku langsung melakukan gerakkan seolah mengunci mulutku.
“Aku…”
“Dan segelas Coffe Latte tanpa tambahan krim diatasnya. ”Sela Shandy saat Ryo membuka mulut.Ryo hanya tersenyum dan mengangguk singkat kearah pelayan kafe.
Wow.. aku cukup takjub Shandy tahu kesukaan Ryo hingga detail ’tanpa tambahan krim diatasnya’
“Kami berteman sudah hampir empat
tahun.” Kata Ryo seolah menjawab
pertanyaanku.
“Oh…”
“Ya Yosa aku suka dengan nickname
itu…” Shandy mengaduk jus Strawberrynya
“Yosa?”
“Ryo Shandy.. nama couple yang
diberikan oleh fans kami. ” Ujar Ryo.
“Yah nama yang hanya dimiliki kami
berdua.” Shandy mengeluarkan rotten smile dan menatapku dengan nada meremehkan.
Aku tahu dia langsung merasa diatas angin dengan memberitahukan nama couple mereka berdua. Cih..dia memang menyebalkan. Bahkan di kencan pertama kami, Shandy selalu mengekori Ryo dan mencoba membuat Ryo mengalihkan perhatiannya dariku.
“Ryo kau harus lihat ini ada game
terbaru. ”Shandy menggeret lengan
Ryo dan menunjuk poster game
terbaru yang terpajang di etalase toko dengan kelewat heboh.
Sialan! Aku benar-benar dianggurin.

*****

“Hhhh..” Aku membuka laciku dan
menemukan sebelah sepatuku hilang
untuk kesekian kalinya. Perbuatan mereka benar-benar kelewat batas.Kemarin aku menemukan jarum yang mengarah keatas di bangkuku, tentu saja aku akan langsung tertusuk saat duduk. 2 hari yang lalu aku disiram tepung saat aku baru masuk ke
kelas. Seminggu yang lalu mejaku sudah dipenuhi oleh kata-kata makian. Aku benar- benar lelah dengan semua ini..
Aku selalu menyembunyikan fakta bahwa aku dikerjai dari Ryo. Aku tidak mau membuat dia merasa bersalah.
Tapi lama-lama ketahanan tubuhku habis juga. Aku menemui Ryo di taman sekolah. Saat itu pikiranku sudah lelah dengan semua ini.
“Aku mau putus.”
“Ada apa sayang?” Ujarnya lembut,dia mengenggam tanganku
“Apa aku melakukan kesalahan?”
Aku menggeleng, tapi tidak bisa
melontarkan jawaban. Aku melepaskan genggamannya dan berlari.

****

Sudah tiga hari aku tidak berani masuk sekolah. Aku memang seorang pengecut tingkat tinggi.
Tuk..tuk..tuk..
Suara lemparan kertas di jendela kamarku membuatku terbangun dan menghapus aliran mata yang masih setia mengalir. Kubuka jendela kamarku dan mendapati  Shandy berdiri dan melambaikan tangannya,menyuruhku untuk turun.
“Hei bodoh! Turun atau kau akan
mati!!” Ancamnya dengan nada sengit
Terpaksa aku menuruni undakkan tangga dan keluar rumah. Shandy menatapku dengan wajah berkedut.
“Ada apa?” Ujarku lemah.
“Kenapa kamu memutuskan Ryo,heh?” Tanyanya lagi.
Aku mengernyitkan keningku,bukankah harusnya dia senang karena dia bisa memonopoli Ryo seperti sebelumnya. Aku diam, tidak menjawab.
“Apa karena kau dikerjai oleh murid-murid lain?”
“Kenapa kau tahu?” Aku cukup terkejut mendengar pernyataanya.Dia mengacak rambutnya penuh frustasi.
“Sudah kuduga.. ternyata kau sama saja dengan pacar-pacar Ryo
sebelumnya. Kalah sebelum
berperang.. dasar pengecut!!”
“Hei! Bisakah kau menjaga omongamu itu.” Desisku dengan nada geram.
Shandy tersenyum meremehkan.
“Aku bicara fakta. Kau sama dengan pacar Ryo lainnya yang hanya diam,pasrah lalu malah memutuskan Ryo begitu saja tanpa memberitahukan
permasalahannya. Itu bukan cinta tapi keegoisan, benar?” Shandy sedikit membentak melihat tubuhku kaku tak bergerak.
“Ryo sangat mencintaimu.. kau harus
tahu itu.” Shandy melengos dan kemudian pergi begitu saja setelah menghunjamku dengan kalimat pedasnya.

****

Akhirnya aku memutuskan pergi kesekolah hari ini. Memutuskan untuk menghadapi dua kenyataan bahwa aku memang pengecut dan aku masih mencintai Ryo.
“Ryo sayang!!” Aku memanggil namanya saat aku melihat sosoknya di kejauhan. Dia berhenti,membalikkan tubuhnya.
“Selamat pagi Ahra.” Entahlah kenapa aku merasa sakit saat tidak mendengar sapaan sayang dari mulutnya.
Aku langsung mendekap tubuhnya,aku bisa merasakan keterkejutan dari raut muka Ryo. “yank.. maafkan aku.. aku cinta kamu.. sangat cinta kamu..” Aku tersedu-sedu, di
pelukkannya. Kurasakan jari-jari Ryo menyisir lembut rambutku.
“aku juga cinta kamu..j angan pernah kau mengucapkan kata perpisahan itu. Aku sampai tidak tahu bagaimana rasanya
bernapas, tidak tahu rasanya tersenyum dengar kalimatmu itu.”
“Maafin aku sayang.. aku memang pengecut.”
“Sudahlah…” Ryo mendongakkan
daguku dan mencium aliran airmata yang turun di pipiku.
” Starting from here, let’s make a
promise, You and me, Nothing can stop us, I love you.”
“I Love u to.”

The End..







Epilog….
Aku memandang dua punggung manusia dari balik tembok kelas.Hatiku perih dan terasa sakit tapi dibalik itu aku tersenyum…
Senyum Ryo adalah prioritas
utamaku. Biarlah hanya aku yang tahu bahwa aku mencintai sahabatku..
Shandy berbalik, menghela napas dan meninggalkan mereka berdua.Cinta tidak pernah memilih dimana dia berhinggap. Tapi Cinta terkadang tidaklah harus memiliki. Cinta dan Egoisme perbedaanya sangatlah tipis sama-sama ingin memiliki hanya yang pertama disertai dengan pengertian dan yang kedua diikuti
dengan sebuah keangkuhan.

Categories: , ,

0 komentar: