Persahabatan Dan Cinta

Tuhan itu Maha Adil. Semua orang di dunia ini pasti setuju dengan hal itu. Yah, tentu saja kecuali orang-orang Atheis yang tidak percaya Tuhan. Akupun setuju, Tuhan memang Maha adil. Hanya saja menurutku keadilan Tuhan tidak akan kita dapatkan di dunia. Kita baru akan mendapatkan keadilan Tuhan yang seadil-adilnya di kehidupan akhirat.

Tak percaya? Aku punya bukti bagus tentang ketidakadilan Tuhan. Contohnya temanku yang satu ini, yang baru saja turun dari mobilnya.

"Pagi Neil."
Sapaku ketika jarak diantara kami sudah cukup dekat. Sementara Neil hanya membalas sapaanku dengan anggukan.

Oke, kuralat kata-kataku, bukan teman! Jelas Neil terlalu jutek dan terlalu tidak akrab untuk menjadi temanku. Kami hanya rekan sesama anggota OSIS sekolah.

Siapa yang tidak kenal Neil, murid paling pintar di sekolah, tajir, dan yang paling penting CAKEP! Mata cewek mana yang tahan untuk tidak melirik kearahnya apabila cewek itu berada di satu ruangan yang sama dengan Neil. Pergi kesekolah dengan mobil BMW-nya yang menunjukkan kemampuan finansialnya. Otaknya tak terkalahkan bahkan sampai ke tingkat olimpiade. Huh, bagaimana bisa Tuhan memberikan semua kelebihan pada Neil sedangkan diluar sana masih banyak cowok-cowok yang tidak pintar, tidak kaya, dan jelek!

Oops, bukan maksudku untuk terlalu kejam .

Kembali ke lapangan parkir sekolah yang masih penuh sesak dengan murid-murid yang akan memarkir mobilnya. Sebuah mobil Honda jazz PINK yang mencolok sedang melaju kearah mobil Neil. Bukan melaju sepertinya, mungkin mobil itu bermaksud parkir di tempat kosong yang ada di sebelah mobil Neil.

Tapi............................................ CRASH!


DIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNN, alarm mobil Neil meraung-raung tiba-tiba. Mobil Honda jazz pink itu tak sengaja menabrak sedikit bagian belakang mobil Neil.

Neil yang marah kemudian mengetuk kaca jendela tempat sopir Honda Jazz itu duduk. Dan sopir itu keluar dari sana. Cewek imut, lugu, dan yang paling penting CANTIK!

Oh, tentu saja itu sahabatku Chery, si Barbie!

Chery berdiri didepan Neil dengan wajah seperti hampir menangis, "Maaaaaaaaffff, Chery nggak sengaja."

Terlihat sekali kalau wajah Neil menahan amarah dan dadanya naik turun dengan cepat, "Kalo lo nggak bisa nyetir, NGGAK USAH NYETIR!" katanya. Singkat, padat, namun Jelas.

"Hiks, maaff..."
air mata sudah jatuh di pipi Chery. "Chery nggak sengaja. Chery mau kok ganti rugi. Hiks hiks.. udah ya, Neil jangan marah-marah lagi..... HUweeeeee hiks hiks."

 "Gue nggak semiskin itu buat minta ganti rugi sama lo!"
Setelah itu Neil pergi dari sana meninggalkan Chery yang masih menangis.

Neil yang aneh. Kalau nggak mau minta ganti rugi, ngapain pake marah-marah kayak gitu ke si 'barbie girl' ini. Chery kan gampang banget nangis karena dasarnya emang dia lugu banget. Kalau ngomong nggak pernah pake aku-kamu apalagi gue-elo, sebagai gantinya dia menyebut namanya sendiri dan nama orang yang dia ajak bicara. Dengan wajahnya yang cantik dan imut, tinggi semampai, rambut panjang, lurus, dan bewarna kecoklatan, tak lupa dengan semua aksesoris dan barang-barang 'imut' yang dipakainya, orang-orang memanggil Chery dengan panggilan 'BARBIE'. Jelas tipe cewek yang rela dikorbankan ke singa lapar buat nyelamatin orang sekampung.

"Reaaaa. Huwe hiks hiks."
Chery langsung bersorak begitu melihatku yang berada tak jauh dari TKP.

"Barbie, udah donk Barbie, cup cup cup. Sabar sabar sabar."

"Tapi...tapi... Neil jahaaaaattt."

Huft, mulai lagi deh tangisan manja Chery. Aku jadi merasa seperti Babysitter yang sedang berjuang mendiamkan anak asuhnya. Argh, mana udah mau bel masuk lagi. Jadi terpaksalah aku berjalan menuju kelas sambil menenangkan Chery yang dari tadi masih sesegukan. Hingga akhirnya tibalah di kelas Chery, kelas XI IPS 2.

Untuk kasus Chery, kuakui kalau Tuhan memang benar-benar adil, dan Chery adalah 'korban' keadilan Tuhan.

Chery memang cantik, kaya, baik, ramah, dan Barbie girl, tapi otaknya sungguh berbanding terbalik dengan wajahnya. Tuhan memberikan kelebihan wajah padanya tapi tidak dengan otaknya. Kasarnya Chery termasuk anak dengan ranking 10 terbawah di SMA  ini.
Sedangkan Neil? Jangan ditanya, sudah pasti dia berkumpul dengan murid-murid pintar di sekolah ini yang ada di kelas XI IPA 1. Murid-murid yang tempat nongkrongnya perpustakaan dan dijamin nggak bakal mau bolos meskipun di pelajaran sejarah.

Intermezzo dikit, gue BENCI sejarah.

"Rea, janji ya nanti pas istirahat dateng ke kelas Chery. Chery nggak mau sendirian.."

Mungkinkah Chery bakal sendirian waktu jam istirahat? Aku rasa tidak. Cowok-cowok satu sekolahan pasti nggak keberatan buat nemenin Chery di jam istirahat. Lagipula dia memang NGGAK PERNAH bener-bener sendirian. Cowok-cowok itu MEMANG selalu mendekat pada Chery. Sepertinya Chery memang punya magnet khusus untuk menarik cowok-cowok.

Ralat, tidak semua cowok! Kecuali Neil tentu saja. Tidak juga dengan Theo, pacarku awas saja kalau Theo berani mendekati Chery, kucincang habis dia!

"Oke."
Jawabku singkat.

TTEEEEETTTT,
bel sekolah yang memekakkan telinga berbunyi tanda aku harus menuju kelasku tercinta (lebay) kelas XI IPA 2. Oh tidaaaak, jam pertama ada pelajaran sejarah!

*****

"Siang barbie.."
seru koor cowok-cowok yang selalu menyapa Chery setiap kali dia lewat. yah, memang beginilah setiap hari.

Chery-pun dengan ramah selalu membalas sapaan mereka tak lupa dengan senyum paling imutnya, "Siang semua!"

Aura yang dipancarkan Chery memang tidak biasa, seperti yang sudah kukatakan sebelumnya. Si pemikat! Entah mengapa aku merasa demikian. Kalau aku iri padanya mungkin aku mengira dia menggunakan pelet.

Awalnya aku sempat khawatir kalau Chery akan menjadi musuh abadi semua cewek di sekolah ini (kecuali aku tentu saja). Tapi nyatanya tidak, cewek-cewek disini tidak memusuhi Chery. Berkat keluguan dan kebaikannya rasanya terlalu jahat kalau mau membenci Chery.

Lagipula mengingat otaknya yang berbanding terbalik dengan wajahnya itu, kurasa cewek-cewekpun tidak terlalu membenci Chery. Karena dia punya kekurangan.

Ya ampun, kejam sekali kata-kataku. Bukankah semua orang punya kekurangan.
Hhii..

Aku tidak mengenal Chery dari kecil. Aku mengenalnya saat hari pertama MOS. Pada hari aku mengenalnya, Chery memang sudah menunjukkan aura ke-barbie-annya.

Saat itu Chery sedang dikerjai oleh senior-senior cowok. Tau sendiri kan kalau sasaran senior itu adalah murid-murid yang 'mencolok'. Dan Chery MEMANG terlalu mencolok. Seperti kataku barusan, PEMIKAT! Saat Chery sedang dimarahi, Chery terisak, menunduk, dan menggumamkan maaf berkali-kali. Eh senior-senior yang tadinya mau ngerjain malah jadi nggak tega. Wakaka...

Menurutku sifat Chery ini dikarenakan lingkungan di rumahnya. The only daughter of the billioner. Denger-denger dia dulu punya kakak cowok yang kemudian meninggal karena kecelakaan saat dia SD. Karena terbiasa dimanja oleh kakaknya kemudian papi dan maminya yang overprotektif semenjak kematian kakaknya, maka tercetaklah Chery yang seperti ini.

Kami berdua sedang menuju kantin karena memang sudah jam makan siang. Letak kantin terletak cukup jauh tepatnya diluar koridor ini. Chery sedang menggigit-gigit bibirnya seperti akan mengatakan sesuatu hanya saja dia ragu. Berteman dekat dengan Chery membuatku mengerti gerak-geriknya.

"Kenapa Barbie?" tanyaku.

"Mmm.. Rea, Chery pengen....."

"Hai sayang."
Sebelum Chery melanjutkan perkataannya, Theo, pangeran cintaku datang menghampiri dan mencium bibirku. kecupan kecil yang selalu kita lakukan saat bertemu.
"Mau makan siang ya?"

"Ng..iya....errr..."
aku melirik kearah Chery untuk memberi tau Theo kalau tadinya aku sedang berbicara dengan Chery.

"oh, ada Chery. Hai Cher!"
sapa Theo berbasa-basi. Hanya Theo dan guru-guru sekolah yang tidak memanggil Chery dengan panggilan "barbie". kata Theo 'Barbie itu kayak panggilan sayang yang spesial. Aku nggak bakal manggil cewek lain dengan nama panggilan yang aneh-aneh kecuali sama kamu.'

Oh, romantisnya Theo-ku!

Sepertinya Chery kesal karena kemudian bibirnya memonyongkan manyunan yang biasa dia keluarkan kalau sedang kesal,
"Urgh, Theo nyebelin."

"HHa, ya udah honey, tadi mau ngomong apa??"
"Chery mauuuuu....."

"Ah, sayang, makan siang bareng-bareng yuk!"
Lagi-lagi Theo memotong perkataan Chery sambil menyunggingkan senyum jailnya. Aku jadi ikut tersenyum. aku tau kalau Theo memang ingin mempermainkan Chery..

"AAAHHH, THEO NYEBELIN! CHERY KAN MAU BILANG KALAU CHERY PENGEN PUNYA PACAAAAAAAARRRR!!!!"

Tanpa sadar Chery berteriak terlalu keras. Sepertinya orang-orang di sekitar sini mendengarnya dan semuanya secara bersamaan melihat Chery.

"Oooppsss!"

"Oiiii semuanya, BARBIE GIRL PENGEN PUNYA PACARRR!!!" terdengar teriakan dari cowok di ujung koridor.

"Kita bikin sayembara dapetin barbie!"

"Semua cowok boleh ikutan!"

"Cewek juga kalau mau!"

"Fairplay ya guys!"

Entah suara-suara siapa yang jelas daritadi suara itu saling bersahut-sahutan.

"Mulai dari........SEKARANG!"

Mendadak semua cowok di sekitar kami (kecuali Theo tentunya) berlarian ke berbagai arah. ada yang ke kelas untuk menyiapkan rencana, ada yang ke perpustakaan untuk menyalin puisi-puisi romantis, ada yang ke kebun sekolah metikin bunga. Ou Em Jee!

Theo menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju sedangkan aku hanya mengangkat bahu.

"Barbie, jangan lupa pilih aku ya."
Si Joko, murid Jowo tulen super cupu dan nggak banget yang entah muncul darimana tiba-tiba muncul di sebelah Chery buat ngomong barusan.

Sepertinya sekolah ini akan kacau untuk beberapa hari kedepan. Yang jelas kekacauan ini hanya akan selesai kalau Chery memilih pangerannya. Argh Chery, dengan kehadiranmu saja sekolah ini sudah cukup heboh, jangan ditambah lagi dong!

******

"Barbie! Look at your desk!" Perintahku saat Barbie baru saja tiba di kelasnya. Setiap pagi memang selalu seperti ini. Selalu aku yang nyampe duluan di sekolah. Aku yang sudah datang dari tadi dan kebetulan mampir ke kelas Chery hanya bisa melongo saat melihat bangku tempat Chery seharusnya duduk.

"Rea ngomong apa sih?"
Iya ya, aku baru inget kalo aku lagi ngomong sama Chery yang nggak bisa bahasa Inggris. Tampang sih boleh bule, tapi................. ah, sudahlah!

"Barbie, sekarang lo liat hasil perbuatan lo kemarin!"

Chery mencoba mengintip bangkunya dari balik tubuhku, dan.....

"Barbie, gue kasih tau sebelumnya, lo jangan syok ya ntar."
Huft, untung aku sempat mengatakannya sebelum terlambat. Sebelum Chery pingsan melihat bangkunya.

"Ih Rea apaan sih, Chery kan mau liat!"
Chery menepis tubuhku untuk melihat sesuatu yang kuhalangi tadi...

Daan..........

"YA AMPUUUUNNN!!!!!"

Apa kubilang! Sudah kuduga dia syok!

"INI BAGUS BANGEEEETTTT."

Apa???

APPPPAAAAA???

GUE NGGAK SALAH DENGER KAN?????

Pemandangan aneh di bangkunya ini dibilang bagus? Ou Em Jee, bangku yang udah kayak pesta ulang tahun anak-anak dibilang bagus?? Ada balon, cake bertingkat, gunung coklat kecil, beberapa bingkisan, dan benda-benda aneh lainnya sampai-sampai menutupi seluruh permukaan bangku. Kayaknya yang dateng kesini pada nganggep bangku Chery itu keramat kayak kuburan Suzanna! Harus rajin-rajin 'nyekar' pake coklat di bangkunya.
YANG KAYAK GITU DIBILANG BAGUS??

SHOCK!!!!

Pas ritme jantungku kembali normal karena Shock yang tadi, lagi-lagi jantungku harus menjadi korban karena (lagi-lagi) aku dikagetkan oleh derap langkah beberapa orang yang seirama sekaligus.
Beramai-ramai,
serentak,
ada apakah ini? Emangnya ada gempa bumi sampe orang-orang mesti cepet kabur?

Yah, emang beneran ada gempa bumi! Gempa bumi LOKAL yang disebabkan oleh derap-derap langkah yang ternyata disebabkan oleh......................
(hallah, ribet banget dah bahasanya)

Koor cowok-cowok Barbie's fans club.

"Pagi Barbie...."
Kata mereka bersmaan, dengan nada yang sama, dan dengan mimik wajah yang sok imut yang juga sama. Wah hebat, sepertinya mereka sudah berlatih bersama kemarin!
(*catatan penulis: sepertinya Rea ini sudah belajar sarkasme dengan baik dan benar ya dari awal cerita.. >__< ;;)

Chery memainkan rambutnya, menyisipkannya di telinga, kemudian barulah tangannya melambai,
"Pagi semua!"

Melihat lampu hijau dari Chery, cowok-cowok tadi semakin menjadi-jadi. Merekagsung berebut mendekati Chery dan memulai aksi mereka.

"Barbie, balon aku bagus nggak?"

"Cake dari gue enak nggak?"

"Coklat dari ane jangan lupa di ma'em ya!"

"Coklat mulu dari tadi! Permen jahe aku dong!"

"STOOOOOPPPP!!!!"
Kataku tiba-tiba. Nah lo, kok aku yang pusing ya ngedenger para burung berkicau?

Chery melemparkan senyum 'terimakasih' kepadaku kemudian kembali melemparkan senyum kepada para burung yang kusebutkan barusan,
"Coklat, permen, cake-nya bakal Chery makan. Jadi semuanya tenang ya.."

Bukannya tenang, kumpulan burung itu malah mencoba cara baru, "Barbie, aku punya puisi untuk kamu."

"Barbie, dengerin juga lagu ciptaan gue buat lo."

"Mau liat nggak cara aku makein pelet ke kamu?"

"Gue bakal ngedance khusus buat lo."

ARRRGGGHHH, mereka memang sudah gila! Aku stress berada disini! (kok aku yang stress? Chery aja dari tadi biasa aja dan cuma melemparkan senyum). Aku sudah tidak tahan! Harus segera keluar dari sini!

Aku melangkah keluar meninggalkan kerumunan yang sekarang semakin aneh saja. Lagian sepertinya tidak ada yang peduli padaku disana dan tidak akan ada seorangpun yang menyadari kalau aku sudah tidak ada disana. Aku keluar, namun pandanganku tetap tak lepas dari kerumunan burung itu. Sampai akhirnya....

BUUKKK!!

Aku menabrak seseorang. Untungnya hanya tabrakan kecil sehingga tidak menyebabkan aku terjatuh atau orang yang kutabrak terjatuh.

"Sorry."
Kataku. Tapi orang yang kutabrak tetap diam.
Dan.....
Neil??

"Sorry Neil, gue nggak sengaja."

Neil, dengan mukanya yang tanpa ekspresi seperti biasa (silahkan kalian bayangkan :D ),
"Gue emang lagi nyari lo."

Ish, nggak nyambung banget! Aku kan tadi bilang 'sorry'. Mestinya dia jawab 'gak apa-apa' atau 'no problem' gitu??

Ah, sudahlah,
"Oh ya? mau ngapain?"

"Ini."
Neil menyerahkan beberapa berkas padaku.
"Lo diskusiin sama bendahara OSIS tentang perkiraan biaya Bazar bulan depan terus buat laporannya."

Oh iya, tugas OSIS ternyata,
"Oke."
nggak disangka-sangka Neil malah senyum,
"Thanks"

Neil melenggang pergi tapiiii,
"Neil!" panggilku lagi.

Neil tak kembali tapi hanya membalikkan badannya saja,
"Apa?"

"Lo nggak ikut disana? "
Aku menunjuk kelas Chery dimana keributan masih berlangsung.

"Ikut sama cowok-cowok gila itu? No, thanks."
Setelah itu Neil kembali. Urgh, tentu saja! Betapa bodohnya aku menanyakan pertanyaan yang jawabannya sudah aku ketahui! Lagipula ngapain juga gue nanya kayak gitu!

Dari kejauhan terlihat sosok Theo yang mendekat padaku. Tersenyum manis seperti biasa. Setelah mendekat kecupan kecil kami yang biasa kembali dilakukan,
"Pagi sayang!"

"Pagi!" jawabku.
Saat aku menjawab, tangan Theo mulai menjalar ke pinggangku kemudian mengiringku berjalan menuju kelasku.

"Tadi aku ngeliat Neil. Emang dia ikut kontes Chery?"

Mendengar hal itu aku tertawa. Theo menyebut 'kontes Chery' sebagai simbol kekacauan yang terjadi sekarang,
"Ya nggak mungkin lha sayang. Neil kan bukan orang yang kayak gitu."

Theo pun tertawa,
"Kamu ngomong kayak gitu kayak kamu ngenal Neil aja. Hahahah. Emang tadi dia ngapain?"

"Ini."
Aku menunjukkan berkas-berksas yang dari tadi kupegang. Tugas OSIS, seperti biasa.

Jarang-jarang kami berduaan seperti ini. Biasanya selalu ada Chery diantara kami. Jadi aku berusahan menikmati setiap detik bersama Theo. Kami berjalan berdua, dia merangkulku sampai tiba di kelasku. Ah, andaikan momen ini tidak terhenti oleh bel masuk.

KRIIIIIIINNNNGGGG!!!
Baru aja dibilangin, bel masuk nyebelin, pengganggu, dan jelek itu berbunyi!

"Sayang, aku masuk dulu ya! Bye! Mmuaaachh."
Ciuman singkat dan terburu-buru itu lagi-lagi terjadi.

"Bye!"

Dan Theopun pergi ke kelasnya yang ada di sebelah kelasku...

*****

Setelah kejadian 'gunung coklat dan para burungpun berkicau' tadi pagi, suasana sekolah tidak lantas menjadi lebih riuh daripada yang tadi pagi. Tapi tidak juga menjadi lebih tenang. Karena keributan yang terlalu ribut itu, aku meminjam kunci ruang OSIS pada Neil
(aku sudah cerita belum sih kalau Neil itu ketua OSIS?  @_@)
dan menyembunyikan Chery disana selama jam istirahat. Itu juga atas saran Neil sih.

"Masalah ini harus cepat diselesaiin! Gue nggak mau tau! Kalo nggak sekolah bakal tambah ribut! Hari ini mungkin lo bisa sembunyi disini, tapi besok-besok bakal ketauan juga!" Neil memarahi kami saat menumpang di ruang OSIS. Tapi sepertinya bukan 'Kami' yang dimarahi, melainkan hanya 'Chery' karena tatapan mata Neil tak bisa lepas dari Chery.

"Reaaaa..." Chery merajuk

"Bener kata Neil Barb, lo harus cepet-cepet milih satu diantara mereka. Pilih aja satu apa susahnya sih!"

"Tapi Chery kan nggak cinta..."

Kemarahan Neil memuncak. Ya, aku mengerti posisinya yang sebagai ketua OSIS membuatnya bertanggung jawab atas kekacauan di sekolah.
"Emang harus cinta ya? Kalau masalah udah kayak gini bukan cinta yang lo butuhin!"

"Hiks..hiks.." Chery mulai menangis. "Tapi kan harus cintaaa!!"

"Cup cup cup, Barbie, liat gue. Kalau gitu kamu usahain aja jatuh cinta ama mereka. Lagian kamu tau darimana sih soal cinta-cintaan kayak gitu?"

"Dari film Barbie.."

Ya ya ya, kenapa aku tidak menduga sebelumnya. Film Barbie, oke.. Tenang Rea, tenang! AAAAARRRRRGGGHHH,
Film Barbie bodoh! Jaman sekarang mana ada cinta-cintaan kayak film Barbie!

"Reaaa..."

Dug! Dug! Dug! Pintu ruang OSIS digebuk
(aku bilang 'digebuk' lho, bukan 'diketuk'),
"Permisi..permisi.. ada Barbie disana?"

Oh tidak! Kami ketauan!

Dug! Dug! Dug!

"Rea.!.!"
Baik Barbie maupun Neil dua-duanya memanggil namaku, tapi dengan nada yang berbeda. Kalau Barbie menyebutnya dengan nada memelas, sedangkan Neil menyebutnya dengan nada membentak.
Lho..., kok Aku??

"AAARRRGGGHHH!!!
Gue nyerah! Gue pusing!"

BAAAAKKK!!
Aku membuka pintu ruang OSIS dengan kasar dan marah!

Dari belakang, Neil memegang pundak untuk menenangkanku. Yah, aku sedikit tenang. Setidaknya nafasku tidak 'naik-turun' lagi.

"Semuanya tenang!" perintah Neil. "Barbie udah punya cowok, jadi nggak ada yang boleh ganggu dia lagi!"

"Oh ya?? Siapa?"

"Gue!" Kata Neil.

"What...?!"
Aku sedikit kaget.

"Unbeleivable"

"Nggak mungkin!"

"Impossible"

"Weird."

"Do you believe it?"

Bisik-bisik terjadi disana-sini. Cewek-cewek yang melihatpun kemudian berbisik-bisik kemudian menatap Neil dengan pandangan benci. Sekarang Chery tidak hanya akan memiliki fans club, tapi juga 'haters', aku yakin itu!

"Puas lo pada!"

Satu-persatu dari mereka bubar. Baguslha, setidaknya sekolah akan lebih tenang untuk beberapa dekade kedepan.

"Setidaknya cake aku dimakan ya, Barb."

"Coklat gue juga."

"Permen jahe aku juga."

Ya ampun, mereka ini!

Tapi Chery sepertinya senang-senang saja kemudian menunjukkan senyumnya yang biasa,
"Oke, semuanya bakal Chery makan."

Sekarang mereka benar-benar pergi. Waw lega! Sekarang aku bebas menemui Theo.

"Ayo Cher."

"Nggak usah, Re. Lo pergi aja ketemu Theo sendiri. Sekali-kali lo pengen kan berdua aja sama Theo? Lagipula ada yang mau gue omongin sama Chery."
Neil tersenyum, sama dengan senyumnya yang tadi pagi.
M.A.N.I.S B.A.N.G.E.T

"Chery?"

"Iya,nggak papa, Re. Chery nanti ke kelas sendiri aja."

Kalau Chery nggak keberatan..
"Oke, gue pergi ya."

Segera saja aku memunggungi mereka dan melangkah pergi. Tapi aku tetap merasakan tatapan tajam dari Neil yang sepertinya mengawasi gerak-gerikku.

Ake berbelok menuju koridor lain tapi aku tidak melangkah lebih jauh. Aku menghitung dalam hati
1...2...3...4...5...
Neil sekarang pasti berpikir kalau aku sudah cukup jauh.

"Lo bisa nggak sih bikin Rea tenang sehari aja? Kasian dia!"
Walaupun suara Neil terdengar kecil dari sini, aku tetap masih bisa mendengarnya. Jadi aku memasang telingaku agar bisa menangkap percakapan mereka.

"Lo jangan ngarep lebih! Gue ngelakuin semua ini demi Rea. Inget baik-baik ya, kita cuma pura-pura!"

Deg! Apa maksudnya ini semua??

******

#Waktu: Sore hari, 1 jam semenjak       bel pulang sekolah berbunyi

#Tempat: Rumah Chery

#Cast: Aku, Chery, dan Theo

"Reaaaaa!!!!! Huwee hiks hiks, Chery nggak kuat!!!"
Kami pulang dengan membawa berkantung-kantung coklat dan permen, tak lupa juga beberapa cake.

"Chery nggak kuat ngabisin semuanya!"

"Wakakakak..Hahahaha.. aduh! Hahahaha."
Theo dari tadi tertawa melihat penderitaan Chery, bahkan dia tertawa sambil memegangi perutnya. Sebentar lagi kujamin dia pasti akan muntah!

"Reaaa..."

"Aduh Barb, lagian ngapain mesti lo abisin semuanya? Kan bisa lo kasih ke orang aja!"

"Tapi..tapi..tapi Barbie kan udah janji mau ngabisin!"

Oh, aku lupa. Chery akan bersungguh-sungguh dengan janjinya. Nggak pernah apa denger istilah 'boong-putih'?? Boong demi kebaikan
(dapet istilah darimana nih? :D).

"Hahahahah.. Wah, wakakakaka.. Hahahahahahahaa." Tawa Theo semakin panjang saja.

"Uuh, Theo jahat! Chery kan lagi sedih, masa' Theo ketawa."

Tak lama kemudian Theo berhenti tertawa tertawa. Pandangannya berubah teduh kemudian membelai kepala Chery dengan lembut.
"Tenang, tenang, pasti ada jalan." Theo terdiam sejenak lalu melihatku. "Rea?"

Aku mengangguk.
Ahaa...! Aku ada ide!

Aku mengambil baskom dan sendok pengaduk dari dapur, tak lupa juga pisau. Aku mengambil masing masing sedikit bagian bolu dari 3 buah cake yang ada kemudian menghancurkannya dalam baskom tersebut.

"Rea?"

"Udah, lo bdua diem aja. Liat aja gue kerja."

"Emang lo mau bikin apaan?"

"Aku tersenyum cerdik,
"Barbie kan nggak janji mau ngabisin, Barbie cuma bilang bakal 'makan semuanya' gue cuma ngambil sedikit-sedikit dari semua kue, coklat, dan permen yang ada. Terus gue satuin semuanya. Jadi kan Chery tetep nepatin janji. Tetep 'makan semua' iya nggak?"

Theo mengangguk setuju sedangkan Chery bertepuk tangan,
"Horee!! Rea emang hebat!"

Lagi-lagi aku tersenyum,
"Wah, nggak ada mentega ama bahan-bahan lain."

Hoop, Theo berdiri, mengambil kunci mobil, kemudian bersiap pergi. Aku tersenyum kearahnya.

Adonan bolu tadi kucampur dengan coklat yang sudah kuparut dari masing-masing coklat yang ada (Chery membantuku memarut). kemudian tak lama kemudian Theo datang membawa mentega dan bahan2 lainnya. Semuanya dicampur, setelah itu kucetak lalu dipanggang sebentar agar parutan coklatnya meleleh.

Beberapa menit lewat, kemudian aku menyingkir dari Chery dan Theo untuk mengambil hasil pangganganku.

Hmm, baunya harum. Gumamku. Sepertinya akan jadi kue yang enak.

Setelah jadi, Kue tadi kulapisi dengan cream dari cake-cake yang ada dan sebagai hiasannya kugunakan permen-permen itu.

Aku kembali untuk menemui Chery dan Theo. Sepertinya mereka berdua sedang ngomong serius.

"Dia hebat lho. Dia pinteeeerrr banget. Sering ranking satu di sekolahnya. Dulu dia sering olimpiade matematika. Sering menang juga. Udah gitu dia ketua OSIS juga. Chery kagum sama dia." Suara Chery yang khas itu berkoar-koar penuh semangat.

Aku meletakkan kue-kue barusan diatas meja tepat dihadapan kami bertiga,
"Wah, jadi lo udah mulai kagum sama Neil?"

Chery tersentak mendengar nama Neil jadi gantian Theo yang angkat bicara.
"Bukan kok sayang, dia lagi ngomongin kakaknya.... yang udah meninggal"

"Mmm..Sorry." Haddu, aku ini!

"Hahaha, Nggak pa-pa kok Rea. Chery juga nggak pernah sedih lagi. Itu kan udah lama banget.

"Tadi gue pikir itu Neil. Abis deskripsinya mirip banget."

Chery terdiam lagi saat mendengar nama Neil,
"Tapi kakak Chery baik."

Wah wah, jadi Neil tidak baik begitu?

"Wah, keliatannya enak. Rea hebat deh."

"Thanks."

Tadaa!! Jadilah 4 kue kecil yang sepertinya enak. Aku, Chery, dan Theo mengambil kue tersebut masing-masing satu.

"Kue penuh cinta persembahan untuk Chery siap dimakan."

"Kok kue penuh cinta sih?"

"Kan semua bahan-bahannya dari cowok-cowok yang ngasih dengan penuh cinta."

Lagi-lagi Theo tertawa mendengar ucapanku. Tapi tak disangka-sangka Theo mengeluarkan sebuah bungkusan lagi dari kantong plastiknya. Sesuatu yang berwarna merah.

"Chery!"
Ini bukan memanggil Chery, tapi yang dibawa Theo itu memang buah Chery yang sebenarnya. Theo menaruh Cherry-nya masing-masing satu buah ke masing-masing kue.

"Kalau gitu tanda cintanya ditambah satu lagi..."

"Wah enak! Manis!"

Kami semua tertawa dan mengobrol sambil memakan cake sederhana buatanku. senang sekali rasanya menikmati waktu seperti ini. persahabatan, canda, tawa, cinta..

"Rea, kue satu lagi buat siapa?"

"Ngg..aku sih mikirnya buat Neil. Dia kan udah lumayan membantu tadi." Membantu sampai detik sebelum dia memarahi Chery maksudku.
"Lo kasiin aja ke dia besok, Barb."
"Ngg.. Iya.. Neil ya?? Hufft.."
Chery menghela nafas. Aku tau sebabnya, mungkin karena dia habis dimarahi Neil tadi. Tapi sepertinya Chery akan berpura-pura kuat dan berusaha sekali untuk tidak menceritakannya padaku. Mungkin Chery takut merepotkan aku lagi seperti yang dibilang Neil.
"Chery nggak mau ngasih ke Neil. Rea aja ya. Pleasee.."

Aku menoleh kearah Theo, meminta izinnya maksudnya,
"Boleh."

Ah, Theo-ku ini memang pengertian.

"Terus sisa coklat sama permennya mau diapain??"

"Tenang, Chery ada ide!"

*****

Aku, Chery, dan Theo menuju sebuah panti asuhan yang tak jauh dari rumah Chery. Chery senang sekali berada diantara anak-anak. Anak-anak itu mengerubuni Chery sementara Chery membagi-bagikan coklat dan permen itu.

Sementara aku dan Theo hanya mengamati dari kejauhan.

"She's cute right."
Aku memulai pembicaraan.

"Are you lesbian or something?.. Cute?"

"Hahaha, I'm not. Still love you though. I'm not lesbian."

"Love you too, honey."

"I just think that Cherry's cute. You know what I mean, eh?"

"Yeah.."
Theo terdiam dan memperhatikan Chery
"Like an angel..without wings.."
ada sesuatu d mata Theo, tapi aku ga tau apa itu..
tapi mungkin hanya perasaan ku aja.

"By the way..thanks ya."
Aku tersenyum pada Theo.

Theo malah heran melihatku, "for?"

"Understanding me."
Aku melihat Chery kemudian menambahkan kalimatku.
"....and Chery."

"Hah?"

"Kita kan jarang ada waktu berdua. A normal couple always spend their time together without the 'third' person. Sorry."

"Seriously, I'm fine. No need to worry about. Chery is like..........
my younger sister..." tapi Seperti ada keraguan.

"Hahaha."

Kami tertawa berdua..

*****

Keesokan harinya, pagi hari berlalu dengan tenang-tenang saja. Tak ada konfrontasi, tidak ada agresi militer Belanda, perang dunia 3 juga tidak menunjukkan tanda-tanda akan meletus. Begitupun pas istirahat, aku dan Chery melewati hari ini nyaris tanpa gangguan dari cowok-cowok berkicau itu. Mungkin mereka semua memang sudah menyerah soal Chery. Lagipula, lawannya Neil gitu lho, mereka pasti sudah minder dari awal kalau lawannya Neil si Mr. Perfect. Hhi, baguslah!

Tapi tetap saja ada yang kurang. Sejak kejadian 'pengakuan palsu' Neil kemarin, Neil sama sekali tidak menunjukkan keinginan untuk memainkan perannya dengan baik. Neil tetap cuek pada Chery (sebenarnya dia memang selalu cuek pada semua orang).
Bahkan saat kami berpapasan pun Neil bahkan tak melihat sama sekali kearah Chery. Hm, kupikir sebentar lagi juga mereka akan curiga dan kehidupan yang tenang ini akan segera berakhir. Hiks..

"Rea, Chery nggak tau mau bikin apa. Hiks hiks."

Lagi-lagi, tugas yang paling sering Chery kerjakan, REMEDIAL! Terutama pelajaran bahasa Inggris. Sungguh keajaiban besar kalau Chery bisa naik kelas hingga saat ini dengan kemampuan otaknya yang..... (Terlalu kejam untuk dikatakan). Saat itu Chery disuruh membuat teks mengenani 'recount text' sederhana kan. Tapi entah bagaimana Chery jadi membuat text tentang 'My Dog' mending kalau text itu dibuat dengan Bahasa Inggris yang baik dan benar. Tapi..... O Mai Gat! Chery benar-benar meng-Inggriskan Bahasa Indonesia. Coba lihat ini...

My Dog

I have a dog name Pinky (aku punya anjing namanya Pinky). Pinky is cute so much (pinky itu lucu banget). Fur soft (bulunya lembut), the tail often shaking shaking (ekornya sering goyang-goyang), I love pinky so much (aku sangat mencintai Pinky)......

Untuk kebawahnya tak usah dibahas, terlalu mengerikan untuk dibahas. "The tail often shaking shaking"??? Oh, tidak adakah struktur kalimat yang lebih buruk dari itu?
(Mungkin ada, tapi saat ini aku sedang ingin sarcastic seperti biasa). Aku tidak ingin membicarakan 'sisi gelap' Chery lebih banyak. Begini-begini aku sahabatnya lho.. :)

Sebagai sahabat yang baik, sudah tugasku untuk membantu 'menutupi' kekurangan Chery. Kami memutuskan untuk belajar di perpustakaan sepulang sekolah. Bukan kami, lebih tepatnya Chery yang belajar. Aku hanya menemaninya sambil membaca komik. Kalau Chery sudah selesai menulis, baru aku yang mengoreksi pekerjaannya.

"Rea..."

"Udah, tulis aja dulu. Ntar gue baca." Aku menanggapinya dengan ogah-ogahan. Nanggung, komiknya lag seru. Bentar lagi ada perang kaum Demon dengan kaum Angel di otakku.

"Susah ya Barb? Sini aku ajarin." Seru suara nyelonong, cowok. Ya, aku kenal cowok itu. Salah satu anggota Chery's fans club.

"Yah, aku aja deh yang ngajarin."

"Gue lebih jagoan, gue kan pernah tinggal di UK!"

Baru aja dibilangin! Kenapa kehidupan yang tenang mesti berakhir hari ini juga. Huwee..hiks hiks.. Kalau aja Neil mau memainkan perannya lebih serius.

"Ehem!"
Deheman penuh wibawa membuat kami semua terdiam. Librarian kami Mrs. Jenna melirik tajam pada kami semua. Hanya dengan gerakan tangan, Mrs. Jenna mampu membuat semua cowok-cowok burung itu keluar dari perpustakaan.

Yes, akhirnya dunia kembali damai.

"Ehem!"
Kali ini Mrs. Jenna melirik kearahku dan Chery. Satu gerakan tangan yang tegas menyuruh kami ikut keluar.

"Lho kok saya?"
Aku mencoba membela diri. Lagipula memangnya aku ngapain sampai harus ikut diusir keluar?

"Huh!"
Mrs. Jenna kembali dengan gerakan tangan saktinya. Ya, aku mengerti. Tag ada gunanya membantah. Harus cari tempat baru nih untuk mengerjakan tugas Chery.

Kami baru saja keluar dari perpustakaan ketika kami bertemu Neil. Aha!

"Neil!"
Panggilku cepat sebelum dia pergi jauh. Ketika dia melihatku, aku menyuruhnya untuk mendekat. "Pinjem ruang 'sunyi' lagi dong." Pintaku

Ruang sunyi yang kumaksudkan adalah Ruang OSIS. Kurasa Neil juga paham dengan maksudku. Neil kemudian melirik Chery dengan tatapan seakan-akan Chery memiliki cap bertuliskan 'masalah' di dahinya.
Sepertinya Chery sadar kalau dia sedang ditatap oleh Neil. Bukannya marah dengan tatapan kasar itu pipi Chery malah bersemu merah. Aku punya firasat kalau ini awal dari masalah lainnya. Oh Tuhan, lagi-lagi kau tidak memberikan keadilan yang cukup untukku. Kenapa aku harus selalu dekat-dekat dengan temanku yang selalu dekat dengan masalah (lagi-lagi kata-kata yang ribet).
Dan kenapa aku??

Ralat! Tuhan mungkin adil, aku kan punya Theo yang bagiku bagaikan oase di padang pasir
(caella, melankolis banget dah! :D). Sebagai 'hadiah' atas Theo yang aku miliki, Tuhan memberikanku kebisingan-kebisingan yang membuat hidupku tidak tenang. Walaupun kebisingan itu BUKAN disebabkan olehku.

"Oii, boleh nggak pinjem ruang sunyinya?"

"Oh iya. Apa? Ruang sunyi? Hahaha, bisa aja kamu!"
Haah..? Neil ketawa?? Seumur-umur baru sekarang aku ngeliat Neil ketawa.
"Iya iya, boleh. Theo juga lagi ada disana, ngerjain tugas juga. Oh ya Rea, bisa nggak ntar kita ketemu d ruang OSIS ngebicarain masalah bazzar sekolah? Sekarang gue mau ketemu kepsek dulu."

"Ngg..bisa-bisa.."

Sekarang Neil malah tersenyum,
"oke deh, "

*****

"Hahahahahahaha."
Theo langsung tertawa begitu mendengarkan penjelasan Chery tentang kejadian di perpustakaan tadi.

"Kok Theo, malah ketawa sih? Chery kan lagi sebel!"

"Hahahaha, sekolah bakal heboh terus sampai lo punya pacar beneran!"
Theo memberi saran. Ada benarnya juga sih.
"Lagian emang nggak ada apa cowok yang lo suka?"

Mendengar ucapan Theo, pipi Barbie memerah malu,
"Ngg, Chery pengen punya pacar yang tenang, kalem, yang nggak ribut."

Aku bisa segera menebak, deskripsi cowok itu pasti terinspirasi dari film Barbie! Lama-lama dia pasti akan menyebutkan 'pangeran dari negri yang amat jauh, super tampan, mengenakan pakaian kerajaan, menggunakan mahkota, dan tak lupa menunggang kuda putih! Silahkan cari sampai dapat! Jaman sekarang orang yang menunggang kuda kemana-mana mah bukan pangeran! Tapi tukang kuda yang menjual jasa 'mengajak' anak kecil menunggang kuda. Itu lho, yang sering ada di alun alun.

"Neil ya?" Tebakku.
Pipi Chery kembali bersemu merah. Karena malu, Chery menutupi kedua wajahnya dengan tangan. Kalau begitu jawabanku benar! Neil! Hah? Bisa-bisanya. Dia dan Neil kan bagaikan langit dan bumi!

"Kalau gitu lo tembak aja, Cher. Lagian...."
Theo yang sekarang menjawab.

"Lagian apa?"

"Cowok mana yang nggak mau sama lo." Lanjut Theo lagi.

"Tapi kan Chery maluuuu..."

"Barbie sayang, honey, kalo udah kayak gini yang penting lo punya pacar!" Ucapku seleeeemmmbbbuuuttt mungkin (iklan pelicin, pewangi, pelembut jadi satu nih! Tak boleh sebut merk :)

"Ngg.. Nanti Chery pikirin lagi deh. Yang penting, Rea! Bantuin Chery ngerjain tugas."

"Iya sayang, bantuin tugas aku juga dong...."

"Hahahaha, kalian berdua itu mirip!"

"Mirip??" Kata Chery dan Theo bersamaan.

"Iya, sama-sama berisik. Hahahah."

Jadi begitulah agendaku sore hari. Membantu Theo dan Chery mengerjakan tugas mereka masing-masing
(Lagi-lagi harus kukatakan kalau mereka yang mengerjakan, aku membaca komik. Kalau mereka selesai berkutat dengan tugas-tugas itu, barulah aku yang mengoreksi kalau ada kesalahan.)
Sore itu juga aku dan Chery sama sekali tidak mendapatkan gangguan yang brisik-brisik itu. Mau tau alasannya?? Alasannya aku menuliskan ancaman yang kutempelkan di luar pintu ruang OSIS yang berbunyi...

"DILARANG MASUK, MENGETUK, BERTERIAK-TERIAK, MENGIRIM PESAN, atau hal yang bersifat MENGGANGGU, bagi yang tidak berkepentingan. Barangsiapa yang melanggar akan BISULAN, KUTILAN, BOROKAN, dan MANDUL seumur hidup!"

Ternyata cara ini ampuh juga. Kenapa tidak dari kemarin-kemarin aku memikirkan cara ini. Mungkin bisulan, kutilan, borokan masih kurang dibandingkan mandul! Dan kurasa memang mereka takut dengan kata mandul. Hahahaha.

Tok tok tok! Ketukan pintu lagi. "Barbie barbie, keluar dong."

Oh tidak, pasti cowok-cowok aneh itu lagi.
BRAAAKKK!!
Kubuka pintu ruang OSIS dengan kasar. Dan yang muncul disana si Sa'id, salah seorang anggota Barbie's fans club. Salah satu 'blasteran' di sekolah juga. 'Blaster' ama Arab!

"LO NGGAK LIAT APA!"
Gue nunjuk ke kertas ancaman yang gue tempel di pintu itu.

"Oh itu, ane nggak takut ama bisul, kutil, ama borok! Ane punya obatnya." Sa'id mengeluarkan botol kecil yang didalamnya berisi semacam minyak.
"Ini obat dari paman ane. Impor dari Arab. Kutil, Borok, Bisul InsyaAllah hilang. Harganya tidak mahal, cukup lima belas ribu rupiah. Kutil, kadas, kurap, borok, bisul, panu, semuanya bisa diatasi!"
Ish, udah kayak mau dagang aja ni orang.
"Lo nggak liat ini?"
Aku menunjuk pada kata mandul.
"M.A.N.D.U.L! Minyak lo mah nggak bakal mempan ama yang ini!"

"Emang mandul itu apaan ya?"

Sepertinya gunung api di kepalaku udah mau pecah. Mukaku juga sudah merah padam menahan perasaan sebel yang memuncak, "AAAARRRGGGHHH!!!
Pokoknya lo mandul titik!"

BRAAkk!!
Lagi-lagi pintu ruang OSIS kubanting. Hmm, sepertinya pintu ini tidak akan panjang umurnya. Jangan bilang-bilang Neil atau anggota OSIS yang lain ya. Kalau mereka tau dan kalu sampe pintu ini rusak, pasti gue dhe yang pertama dimintain biaya perbaikannya.
(sebenernya sih pasti pake biaya sekolah atau kas OSIS, cuma lagi pengen melebay aja).

Kulihat Theo tertawa puas seperti biasanya sedangkan Chery hanya manyun-manyun mengetahui kalau masalah yang menghampiri adalah 'masalah biasa'. Baik aku maupun Chery sudah sangat lelah dengan semua ini. Tunggu tunggu, ngapain aku harus ikutan capek ya?

"Kenapa sih mereka nggak mau berhenti gangguin Chery."

"Hahahahahahahhahhahahahaha, Karena Chery terlalu baik dan nggak tega buat marah ke mereka. Mereka manfaatin itu, makanya.."
Theo hanya menunjukkan dengan kode badannya yang seakan membentuk kalimat 'jadi begini.'

Huft, ya ya ya, terlalu baik!

"Hahahaahahahaha, lagi-lagi Theo ketawa. Tenang dong sayang! Mereka pasti nagnggep kamu 'naga penjaga tuan putri di menara. Hahahahaa."

"Hahahaha." Akupun ikut tertawa. Tapi tawaku dihentikan oleh.....

Tok tok tok..Ketukan itu lagi, Oh no no no..

Aku menarik nafas, menyiapkan diri dengan semprotan amukan yang paling tajam. Aku ingin membuka pintu dengan gaya sedramatis mungkin. Bahkan kata-kataku untuk 'menyemprot' ini sudah tersimpan dengan rapi di kepala, jadi nanti aku nggak bakal kehilangan kata-kata.

BRAAAKKK,
"Heh bego, nggak denger kata-kata gue tadi?"

Tapi sesuatu tidak berjalan dengan lancar. Karena tadi aku terlalu terburu-buru dan bahkan belum melihat wajah orang yang ku semprot, pijakan dan keseimbanganku didepan pitu ruang OSIS tadi belum sempurna. Aku berdiri di tepi pintu ruang OSIS. (Ruang OSIS memang dibuat sedikit lebih tinggi dibandingkan koridor di luar). Jadi aku berdiri ditepi ruang OSIS itu, tentu saja mengambil pijakan disana membuatku terjatuh (kalau yang tidak mengerti pendeskripsianku, anggap sajalah aku jatuh! ><)

Hoop, untung saja orang yang tadi mengetuk pintu itu dengan sigap menangkapku. Huft, malunya.. Aku sempat terlena sesaat dalam pelukan cowok ini, baunya harum. Lagipula sepertinya aku nyaman sekali berada di pelukannya. Dan betapa kagetnya aku ketika mengetahui siapa yang menangkapku tadi.

"Waa, Neil! Neil, ngapain lo kesini?"

"Kata-kata lo yang mana?"
Neil berhenti sebentar.
"Hehe, lo masih mau gue peluk atau gimana nih?"
Saat itulah aku menyadari kalau aku masih berada dalam pelukan Neil. Sementar di dalam ruang OSIS Theo dari tadi tidak berenti tertawa sedangkan Barbie tersenyum kecut. Ya ampun, hebatnya aku! Aku bahkan bisa membuat Chery cemburu!

Cepat-cepat aku bangkit kemudian mengambil pijakan yang pas, jangan sampai aku terjatuh lagi
"Ng..sorry." :$

"Hahaha, nyatai aja. Gue udah bilang kan kalau gue mau ketemu lo ngebicarain soal Bazar sekolah?"

"Ng..iya.."

Neil masuk keruangan dan langsung menuju ke tempat Theo. Mereka kemudian mebicarakan hal-hal yang berhubungan dengan kelaki-lakian mereka. Maksudku mereka mengobrol tentang sepak bola, otomotif, basket, dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan cowok. Hayo, siapa yang udah mikir macem-macem?
Hihihi.

"Barbie!"
Aku setengah berbisik menyuruh Chery mngikutiku. Aku memberikan cake sederhana buatanku kemarin pada Chery.
"Bilang aja ini lo yang buat. Kasiin ke Neil!"

Chery tidak mengatakan apa-apa lagi, di langsung menuju Neil,
"Neil.. Ini.."

"Lo yang buat?"
Neil menatap tajam seperti biasa pada Barbie. Kejam banget Neil!

"Ng..ng..Rea yang buat!"

Lha, kok aku? Oh iya, ini kan Barbie! NGGAK BISA BOONG.
Kalo boong takut dikutuk punya idung panjang kayak pinokio!

"Oh ya?"
Neil mencicipi sedikit diantaranya. "Enak banget, pasti lo pinter masak ya Re?"

Aduh, makin berasa bersalah aja gue ama Barbie. Tapi kayaknya Barbie-nya biasa-biasa aja sekarang. Dia malah udah siap-siap mau pulang. "Semuanya, Barbie duluan ya."
"Yop!"

Kini tinggallah aku, Theo, dan Neil d ruang OSIS. Neil duduk di kursi khusus ketua OSIS dimana aja meja dihadapannya, sementara Aku duduk di hadapan Neil sementara Theo berdiri memegangi pundakku. Hahaha, dalam posisi seperti ini aku jadi membayangkan adegan di ruang dokter kandungan. Neil dokternya, aku sang istri, sementara Theo yang suami berdiri memegangi pundak istrinya. Mirip sekali bukan!
Hahaha, aku jadi malu :$

"Laporan yang gue minta kemarin gimana Re?"

"Ada, nih udah beres."

"Terus soal bazar kita nih, soal proposal yang lo sebar gimana?"

Aku tersenyum bangga,
"Sepertinya berhasil, sebagian besar sponsor udah setuju. Proposal yang belum dapet tanggepan cuma satu, tapi kalau mereka nolak juga, gue rasa sponsor yang ada udah bisa nyokong acara kita."

"Great!"
Sekarang Neil benar-benar senang. "Gue beruntung ada lo."

Oops, lagi-lagi pipiku bersemu merah. Kalau saja Neil bilang
'OSIS beruntung ada lo'
mungkin gue biasa aja, tapi ini Neil menyebut
'GUE beruntung ada lo'.
Urgh,untung saja Theo berada di belakangku jadi dia tidak melihat rona mukaku yang memalukan. Sayangnya Neil melihat dan menyadarinya! Dia jadi tersenyum jahil.
Argh, bisa ge-er dia ntar!

Gara-gara merhatiin muka Neil mulu, aku jadi tidak memperhatikan yang lainnya, padahal ada paku yang mencuat di meja tempat aku meletakkan tanganku. Dasar, orang yang bikin mejanya nih nggak becus!

"Ah!"
Aku baru menyadari kalau tanganku sudah tergores paku tersebut. Terlambat, cairan merah dan hangat itu sudah mengalir. Ah, ternyata aku tergores cukup dalam sehingga lukanya mengalir dengan deras. Aku hanya meniup-niup di bagian luka tersebut agar cepat kering. Tapi Theo bertindak lebih jauh dariku, dia berlari menuju UKS, mengambil peralatan P3K, lalu mengurus lukaku dengan baik.

"Thanks."

"Pakunya karatan. Kalau nggak diurus kayak gini bisa tetanus!" Hahaha, Theo sok tau nih. Tapi aku sedang dengan perhatiannya. Theo meniup-niup lukaku sebelum membalutnya. Selesai dibalut dia juga mencium balutannya.
"Mantra biar cepet sembuh."

"Enak banget ya mesra-mesraan di depan orang!"
Oops, kami jadi lupa kalau ada Neil disini. Ternyata Neil sudah 'memukul' si paku agar tidak mencuat lagi. Neil-pun tersenyum manis yang jarang sekali terlihat di depan teman-teman lain. Wah, aku beruntung sudah pernah melihatnya. "Biar nggak ada korban kayak lo lagi."

"Makanya punya pacar!"
Theo melempar sisa perban kearah Neil.

"Tau tuh Neil, kenapa sih lo ngejomblo terus?"

"Gue males jadian. Cewek-cewek disini berisik! Manja, cerewet, gue nggak tahan ama cewek kayak gitu."

"Terus lo maunya cewek yang kayak gimana?"

"Hahahaha, yang kayak Rea kali ya."

BAM! Saat itulah kami mendengar pintu dibanting
(sepertinya pintu ruang OSIS memang akan bernasib sial untuk beberapa dekade kedepan).
CHery!

"Hiks..hiks.." Chery menangis tapi bukan tangis manjanya yang biasa melainkan tangis tersedu-sedu.
"Jadi Neil suka cewek kayak Rea ya?"

"Iya!"
Ish, Neil! Rese banget ni anak. Nggak tau apa kalau Chery suka ama dia!

"Barbie, Neil cuma bercanda kok. Tadi kan juga dia ngomongnya sambil ketawa. Lagian kok lo belum pulang sih?"

"Hiks hiks, Chery nguping."
Saat seperti inipun masih sempat-sempatnya jujur. Polos banget sih ni anak.
"Kalau Neil maunya kayak gitu, besok Chery bakal berubah.."

Jadi Power ranger maksudnya?

Chery langsung pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi. Awalnya aku berniat mengejar Chery tapi kemudian ditahan oleh Theo.

Neil menatapku merasa bersalah.

"Nggak apa-apa kok Neil, kamu kan tadi cuma bercanda. Chery-nya aja yang nggak bisa bercanda. Dia pasti nganggepnya lo serius."

"Iya.."
 Aku tidak mengerti tapi ada raut muka sedih dimuka Neil. Entah sedih atau merasa bersalah.
"Gue emang bercanda."

***********

"Pendatang baru!"

"Mobil asing!"

Bisik-bisik terdengar di kanan-kiri lapangan parkir sekolah saat melihat mobil Honda city hitam yang biasanya tidak terlihat
(waw! Pasti mobil itu invisible sebelumnya [pura-pura bodoh!]). Bukan, bukan itu maksudku tentu saja. Maksudku, sejauh pengetahuanku tentang sekolah ini, tidak ada siswa (atau siswi) yang mengendarai mobil Honda city warna hitam. Murid barukah?

Tapi keherananku akan mobil asing ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan keherananku saat melihat siapa yang turun dari mobil itu. Sosok yang sangat kukenal, tapi sangat berbeda dari biasanya? Apakah itu benar-benar.... Barbie??

"Barbie!"
Aku menghampirinya.
"Ini bener-bener lo?"

"Pagi Rea."
Cherry benar-benar aneh! Senyum sok imut dan manjanya itu udah ilang, diganti ama wajah datar dan nggak banget! Rambut yang biasa diurai sekarang jadi diiket buntut kuda!
Dan....
Pakaian dan style-nya itu loh, bener-bener polos! Cuma pake seragam sama jam tangan item yang biasa aja. Haah? Kemana tuh pernak-pernik warna-warninya?? Kemana juga jam tangan super norak yang biasa dia pake??

"Eh, itu Barbie? Serius lo?"

"Ya ampun, si Barbie kesambet apaan ya? Honda jazz PINK itu dikemanain?
Oh, gue tau! Mungkin dia abis tabrakan berat pas mobil PINK-nya itu! Makanya otaknya jadi ada sedikit gangguan. Yah, emang otaknya udah gangguan dari dulu sih."
Nggak gue doank yang melongo ngeliat Chery. Satu sekolah juga melongo! Ini salah satu celotehan anak yang bisa terdengar olehku.

"Lo kesambet apaan sih, Barb?"

"Nggak ada, gue Cuma pengen suasana baru aja."
Gue? Sejak kapan Chery ber 'gue-gue' ria?
"Oh ya, nama gue Chery, bukan Barbie!"

Di kejauhan, terlihat 'cowok-cowok berkucau' berjalan mendekati kami berdua. Ya ya ya, aku tahu kalau maksud mereka sebenarnya adalah berjalan menuju Barbie,
"Selamat pagi, Barbie...."

"Iiih, nama gue C.H.E.R.Y, bukan Barbie!"
Hahaha, tapi tetep aja, walaupun cara ngomongnya udah beda, suaranya yang cempreng dan sok imut itu kedengeran juga.

"Chery fake maksud lo?"

"Kalau iya kenapa?"
OMG, itu nada sarcastic milikku! Tidak boleh ada yang mencoba menjadi sarcastic selain aku!

"Lo lagi gila ya, Barb."

Aku langsung pergi meninggalkan si 'Cherry fake' itu sendirian disana. Uh, pagi hari yang buruk.

*****

Udah jam istirahat makan siang, aku Cuma 'menyepi' aja di kelas, sendirian tanpa Chery ataupun Theo. Lagian Theo kemana sih, dari tadi nggak muncul-muncul? Sebel juga dari tadi sendirian. Aku Cuma berharap keanehan Chery ini hanya berlangsung sementara.
Oh tidak, maksudku semoga kenaehan Chery yang lebih aneh daripada biasanya ini bisa berlangsung sementara
(aku tahu dari dulu dia memang sudah aneh, tapi kali ini benar-benar lebih aneh lagi).
Yang aku nggak ngerti apa sih alasan Chery samapai berubah kayak gitu?

Neil??

Nggak, nggak mungkin! Emang secinta apaan sih si Chery ama Neil ampe mau berubah segala demi dia! Gue tau kalau Chery kemaren emang ngomong sendiri kalau dia suka sama Neil, tapi gue rasa dia nggak sesuka itu sama Neil.

"Theo!"
Aku melihat Theo ketika berpapasan di koridor belakang sekolah dekat ruang OSIS. Entah mengapa aku punya firasat kalau Theo ada disini. Aku hebat kan. B)

Theo sedang berjalan dengan...'Chery fake'? Theo tidak langsung menghampiriku melainkan hanya berjalan pelan kemudian mengecupku.
Tapi bukan ciuman yang biasa, sepertinya ciuman yang ini agak dingin dan hambar. Senyum cerianya yang kusuka itu juga hilang, "Hei."

Sesaat hening diantara kami bertiga. Sepertinya Theo maupun Chery fake tidak ada yang berniat memulai pembicaraan duluan. Huh, kenapa harus aku yang memecahkan kesunyian ini.

"Ka..kamu udah makan?" AKu bertanya pada Theo

"Belum, nggak laper."

"Ka...Kalau gitu, minum jus aja yuk."

"Gue nggak mood."

Kemarahanku memuncak.
"Gue? Sejak kapan lo ngomong sama gue pake 'gue-elo? KAMU kenapa sih, SAYANG?" Aku memberi penekanan pada kata 'KAMU' dan 'SAYANG'. "KAMU marah?"

Sebenarnya saat itu air mataku sudah menggenang dan aku juga bergetar saat mengucapkannya. Tapi tolong ya, aku kan udah nggak pernah nangis sejak umur 10 tahun (buset dah, sempet-sempetnya pamer disaat begini. Ckckck).

"Sorry..."

Aku langsung berbalik akan pergi, tapi Theo menahanku, "Rea.."

"Dan sejak kapan lo manggil gue 'Rea'?" Kemana sih kata 'sayang' yang gue suka itu? Senyumnya juga nggak ada. Theo yang biasanya banyak ketawa sekarang wajahnya dataaaarrr banget.
"Gue kangen lo bedua yang biasanya."
Aku menunjuk kearah Chery fake dan Theo fake!
Bodo ah! Gue males sama mereka berdua selama mereka masih kayak gitu! Kenapa sih? Apa sinar matahari lagi mengeluarkan sinar radio aktif yang membuat species manusia merubah sifat asli mereka jadi berbanding terbalik (bodoh!)? Sekarang aku nggak tau mau kemana. Mending aku balik ke kelas dan kembali menikmati kesendirian dan semua kegilaan ini.

Tapi ternyata gue nggak bakal sendirian...

"Rea!"
Panggil salah satu anggota 'koor Chery' waktu ngeliat gue. Abis itu semua anggotanya serempak ngeliat ke gue semua. "Rea!"

"Rea..." Kata Joko, inget Joko kan? Salah satu anggota cowok-cowok berkicau yang Jowo banget.
"aku kangen Barbie."

"Ane juga, ane kangen Barbie yang manja."

"Iya Idem, gue juga sama. Gue juga pengen Barbie yang kemaren." Aku menatap mata cowok-cowok itu satu persatu.

"I really don't care how's Chery looks like or what did she do, but I really miss the real Chery."
Huh, untungnya penggemar Chery ini ada yang 'lumayan'. Stuart, yang lahir dan gede di UK.

"Me too."

"Nah kan, lo juga kangen Barbie yang kemaren kan. Makanya, lo cari tau sebenarnya mau si Chery apaan! Lo kan sahabatnya, cewek-cewek kan lebih percaya ama sahabatnya!"

"Lo juga harus ngerubah dia, Re. Cuma lo yang bisa."

"Ane bayar berapa aja biar anta mau ngembaliin Barbie sayangku."

"Barbie idola kita harus kembali, pokoknya Harus!"

"AAAAAAAAAAAAAAARRRRRGGGGHHH, STOOOOPPPP!!!!"
Sejenak semuanya hening.
"Lo pada aja yang urus! Gue punya BANYAK masalah yang harus gue urus!"
Theo yang dingin, tidak ramah, tanpa senyum, aneh. Theo yang berubah.

Seseorang yang jangkung, cakep, tinggi, memecah kerumunan itu dan berjalan kearahku sembari berdehem-dehem untuk menyingkirkan kerumunan. Neil! "Semuanya minggir!"

Seketika itu juga para kerumunan itu minggir, tapi tidak menyingkir.
Neil memang punya wibawa untuk menyuruh orang-orang mengikuti perintahnya. Tak heran Neil terpilih jadi ketua OSIS. Entah kenapa aku yang tadinya marah banget langsung tenang begitu ngedenger suara Neil, "Rea..."

Tangan Neil yang dingin langsung merangkulku dan mengajakku pergi dari sana. Saat tangan Neil menyentuhku, nafasku yang tadi naik turun kembali stabil. Jantungku juga mengalami hal yang serupa, langsung tenang begitu tangan Neil menyentuh pundakku. Dalam rangkulan Neil aku merasa aman dan nyaman.

Baik aku maupun Neil nggak ngomong apa-apa sampai kita nyampe di tempat tongkrongan kita tecinta,

RUANG OSIS!
"Pasti lo nangis nih bentar lagi, hahaha."

"Enak aja, gue nggak nangis. Nih!" Aku nujukkin mata aku.

"Dasar sok kuat lo! Hahaha."
Neil kok banyak ketawa akhir-akhir ini.

"Jadi lo juga kena sinar radioaktif sampai ikutan berubah juga, kayak Theo, Chery!"

"Hahahaha, kamu lucu banget sih, Re."

"Huft!", aku menghela nafas. "Sudahlah." Aku menyandarkan kepalaku di Dada Neil. Pluk! Jatuh begitu saja. "Numpang bentar."

"Tuh kan, apa gue bilang! Bentar lagi juga lo nangis!"

"Sialan lo! Gue pusing tau."

Baru aja gue baru mau mulai menenangkan, bel masuk malah bunyi. Aku langsung menegakkan tubuh supaya Neil bisa berdiri dan pergi. Tapi ternyata Neil malah tetep duduk dan narik kepala gue supaya bisa senderan di dada dia lagi.
"Kita bolos aja ya sekarang."

"Haah?" Sumpah ini aneh banget. Neil kan anak yang alim!
"Emangnya lo mau bolos?"

Neil nggak langsung ngejawab melainkan memainkan tangannya di rambutku. Mengusap-usap dengan pelan dan lembut.
"Kenapa juga gue nggak mau."

Memalukan! Gue malah ketiduran! Arrgh, gue memang payah! Udah ya, ceritanya nyambung ke chapter berikutnya! Sekarang gue bobok dulu...

Zzzzzzzz..............

*****

Hari-hari berlalu dengan sangat membosankan semenjak kejadian hari itu waktu Chery berubah menjadi aneh, Theo juga! Udah seminggu semenjak hari itu aku bener-bener nggak ngobrol lagi dengan mereka berdua. Sebagai gantinya aku menyibukkan diri dengan kegiatan OSIS, Bazzar OSIS sebentar lagi!
Selagi aku sibuk, aku jarang sekali terpikir soal sosok 'fake' mereka berdua. Tapi hanya pada saat aku sibuk. Sedikit saja aku lengah, bayangan mereka berdua kembali hadir. Terutama Theo! Ah, dimana ya Theo-ku yang asli bersembunyi??

Theo. Huft, kita sedang dalam proses 'istirahat sejenak'.
Dia yang ngusulin, katanya dia perlu nenangin diri. Aku sih setuju-setuju aja, kurasa akupun perlu menenangkan diri. Tapi bukan nenangin diri yang kayak gini. Kalau ini sih bukan nenangin diri namanya, tapi MENYENDIRI.

"Rea?" Neil ngibas-ngibasin tangannya depan mukaku.
"Rea, lo denger nggak gue ngomong apa?"
Ralat, nggak bener-bener menyendiri sih. Gue emang deket sama Neil akhir-akhir ini, tapi ini untuk kepentingan OSIS semata.

"Eh, iya Neil? Sorry..."

"Nope... jadi lo mau pesen apa?"

"Ng, samain kayak lo aja deh."

Jadi Neilpun pergi buat mesen makan siang kita berdua. Tau nggak, aku punya pandangan baru soal Neil. Ternyata Neil itu nggak sejutek yang aku kenal selama ini. Deket sama dia ngebuat aku ngerubah pandangan aku sebelumnya. Malahan dia baik banget. Neil itu bukan jutek, tapi dia emang tertutup sama orang lain. Tapi kalau kita udah bisa ngebuka hati dia, dia orangnya asik lho.

Yang namanya kantin, jelas rame banget
(kecuali di jam-jam belajar sih).
Bakal susah kalau nyari orang di kantin pas jam istirahat kayak gini. Tapi entah kenapa aku bisa dengan gampangnya nemuin Chery ama Theo diantara anak-anak itu. Theo duduk di paling sudut kiri kantin, barengan Cherry??

Tak lama kemudian Neil dateng ngebawa dua piring nasi goreng, "Sorry, ngantriya lama banget soalnya. Tau lha, jam makan siang."

"Nggak pa-pa, thanks ya."

Sebenernya nasi goreng itu makanan favoritku, tapi aku lagi nggak napsu makan. Nasi gorengnya cuma aku suap sekali-sekali, sisanya muter-muterin sendok di piring doang. Lagi males aja ngeliatin nasi gorengnya.

"Mending sendoknya tadi gue ganti ama sekop semen kali ya biar makan siang lo cepet abis." Neil nyeletuk.

Ya ampun, aku baru nyadar kalau daritadi aku cuma ngabisin 2 suap, sedangkan Neil udah ngabisin jatah makan siangnya dari tadi,
"Eh, sorry Neil."

"Pesenan gue kurang cocok sama selera lo ya?"

"Nggak kok, nggak Neil. Aduh, gue jadi nggak enak nih. Sorry banget ya."

"Lo kenapa sih Re, dari tadi ngomongnya 'sorry' mulu?"

Aku menundukkan kepala tanda menyesal, "Sorry."

"Hahahahahaha." Neil malah ketawa kayak orang gila. "Tuh kan, ngomong sorry lagi."

Kulihat cewek-cewek yang ada di kantin menatap penuh kebencian kearahku dan Neil. Oh please, jangan bilang kalau aku sekarang punya "haters club" yang anggotanya cewek-cewek-pembenci-Rea-karena-Rea-akrab-dengan-Neil. Cih, sialan!

Ternyata nggak cuma haters aja yang lagi ngeliatin aku. Theo dan Chery juga melakukan hal yang sama. Theo menatapku dengan tatapan sedih kemudian menatap Chery setelahnya. Chery, dia juga melirik Theo sebentar, kemudian melihat kearahku dengan tatapan sedih. Oh bukan! Mungkin Chery bukan sedang melihat kearahku, mungkin dia memperhatikan Neil! Oh ya, bisa-bisanya gue lupa kalau Chery suka sama Neil.

"Kalian berdua itu aneh ya." Seru Neil tiba-tiba.

"Hah? Siapa?"

"Lo sama Chery. Kalau mau baikan, baikan aja. Daritadi cuma ngeliat-ngeliatin doank."

Urgh, perlu kujelaskan ya Neil, yang lagi ngeliatin aku itu bukan Chery, tapi Theo. Terus juga yang lagi diliatin chery itu elo, bukan aku!

Kalau dipikir-pikir, sebenernya gue bisa kayak gini sama Neil sekarang kan karena Chery juga. Karena Neil yang kebetulan SEDIKIT menolong Chery keluar dari masalahnya. Kalau aja Chery nggak dapet kejadian kayak gini, dan Neil nggak nolongin SEDIKIT, hubungan gue sama Neil juga pasti nggak bakal seakrab yang sekarang ini.

Yah, walaupun dia emang nolongin dikit, tapi masalah yang dia datengin kan jauh lebih banyak. Kalau aja Chery nggak jerit-jerit pas bilang kalau dia pengen punya pacar (yang ini gara-gara Theo), terus kalau aja nggak ada cowok-cowok burung tukang kuntit (salahkan koor Chery!), kalau aja Neil nggak nolongin Chery, kalau aja Neil nggak ngaku-ngaku jadi pacar Chery, kalau aja Chery nggak suka sama Neil, kalau aja Neil nggak bilang suka sama aku (walaupun cuma maen-maen sih), Kalau aja Chery nggak berubah demi Neil, mungkin nggak bakal kayak gini kejadiannya. (ini paragraf yang paling belibet bahasanya. Kayak benang kusut dah)
See, berapa banyak nama Neil yang kesebut di paragraf diatas. Means, emang dia yang paling banyak bersalah. Tapi kenapa ya, aku tidak terlalu mempersalahkannya? Ya, mungkin karena aku hanya berusaha mencoba mengkambinghitamkannya saja. Padahal hati kecilku mengatakan dia baik-baik saja. Aku jadi semakin bingung. Yang salah itu siapa sih?

"Masalahnya nggak segampang yang lo duga, Neil."

"Oh ya?"

"ya, Chery kan suka ma lo! Dia shock waktu denger lo suka sama gue.
Yah, meskipun lo cuma bercanda sih. Tapi lo tau lha gimana Barbie. Super polos girl kayak gitu kagak bisa bedain mana yang bercanda mana yang serius."

Wajah Neil langsung berubah bete, "Hmm..."

"Yah, itu kalau Chery, kalau soal Theo, gue juga nggak ngerti kenapa kita tiba-tiba kayak gini.
" Aku melirik kearah Theo yang sedang melirik kearah Chery.
"Dia juga tiba-tiba berubah, sama kayak Chery."

"Hah? Emang lo putus sama Theo?"

"Yey, ngarep banget gue putus! Nggak lha, kita nggak putus kok. Kita cuma lagi 'break'"
Aku membuat tanda kutip dengan jariku saat mengatakan "break"

"Hah? Break-putus?"

"Aduh, kan tadi udah gue bilang kalau kita nggak putus! Kita cuma lagi BREAK, lagi REHAT SEJENAK. Mengertikan anda?"

"Iya iya, ngerti. Apaan sih itu bahasa lo. Lebay tau nggak."

"Abis lo-nya nggak ngerti-ngerti sih."

Sampai abis jam istirahat, ternyata aku malah ngelupain nasi goreng yang dipesenin Neil. Aku pikir Neil bakalan bete berat, tapi ternyata nggak! Dia malah maksa gue buat makan yang lain dulu sebelum masuk kelas alesannya dia khawatir gue bakal kelaperan di kelas.

"Lo kan cuma makan dua sendok barusan. Mending lo makan siang lagi deh. Pesen yang lain aja kalau lo emang nggak mau nasi goreng. Urusan masuk kelas mah gampang deh. Bilang aja lo ada keperluan OSIS sama gue. Ntar gue buatin surat izin masuk kelasnya."

"Thanks Neil. Kayaknya gue emang butuh makan BEBERAPA piring lagi deh. Perhatian banget sih lo."

Ini nggak tau aku yang salah liat, atau emang kenyataannya kayak gitu, tapi muka Neil langsung merah. Dia malah berkelit mau pergi mesenin makanan yang pengen gue makan. Hihi, Neil lucu deh.

*****

"Reaaaa!!!! Reaaa!!!"

Argh, baru aja menikmati tenangnya kamar di lantai 2, mama udah teriak-teriak manggil dari bawah. Mama nggak ngerti apa kalau aku lagi pengen istirahat. Akhir-akhir ini kan aku sibuk banget ngurusin OSIS, jadi sering pulang malem. Aku kan udah lama nggak bercengkrama sama kamar tercinta yang akhir-akhir ini gue datengin cuma buat tidur doank. "Iya?"

"Rea!!! Ada temen kamu didepan!!"

Aku membuka tirai jendela kamar buat ngeliat siapa yang dateng. Siapa yang datengnya sih nggak keliatan, cuma dari atas sini gue bisa ngeliat mobil honda jazz warna pink.
PINK!!! Jangan-jangan.....

"Barbie?"

"Reaaaa... hiks hiks.. Chery kangen Rea. Maafin Chery."
Chery menghambur ke pelukanku. Chery dengan rambut bergelombang super centil dengan gaya bicara sok imut, oh ya nggak lupa juga pernak-pernih super noraknya itu.

"Barbie! Waw! Akhirnya lo kembali juga. Kemana aja sih selama ini?"

"Maafin Chery. Cheryy kangen banget sama Rea. Hiks"

"Duh duh, iya honey, gue maafin kok. Cup cup cup."

Chery melepas pelukannya kemudian dengan gerakan super hebohnya berusaha mencari tisu di tas kecil berwarna pelanginya. "Chery kangen banget sama Rea. Kangen waktu maen-maen bareng. Kangen Theo juga."

Theo... hhhh...

"Rea? Kok Rea tiba-tiba sedih gitu sih?"

"Sekarang jangan dulu bahas Theo ya.."

*****

Kembali normal? Sepertinya begitu. Lagi-lagi kehidupanku sebagai naga penjaga tuan puteri di menara kembali lagi. Menjadi naga? Soal mudah itu mah, yang aku nggak bisa cuma ngeluarin api dari idung aja (ntar dhe, aku belajar dulu sama tukang sirkus yang minum minyak tanah itu lho).
Cowok-cowok burung itu kembali berkicau dan Chery semakin kualahan dibuatnya. Kayaknya dicuekin Chery beberapa hari kemaren bikin mereka balas dendam sekarang.
"Rea!"
seseorang memanggilku dari jauh. Urgh, kenapa sekarang aku jadi begitu famillier dengan suara ini.

"Pagi Neil!"

"Pagi Rea. Eh..." Neil menatap sebentar kearah Chery yang ada di sebelahku. "Pagi Chery."

Muka Chery langsung berubah jadi merah banget kayak kepiting rebus. Kepiting rebus atau lobster rebus ya? Mana sih yang lebih merah? Kepiting rebus atau lobster rebus? Tapi kayaknya enakan lobster rebus deh. Ah, yang kayak gitu aja dipusingin, pokoknya HIDUP LOBSTER REBUS! (Apa sih ini? :D)

"Barbie, aku duluan ya!" Aku langsung kabur ninggalin Chery sama Neil. Rea, kamu mesti inget kalo Chery suka sama Neil! Itu berarti kamu harus jauhin Neil jangan sampe Chery salah paham lagi. Tapi kenapa ya aku ngerasa sedikit sedih? Oh, mungkin aku sedih karena aku udah terbiasa ada Neil. Aneh kan kalau harus ngejauhin dia sekarang pas kita lagi deket-deketnya.

Neil... Theo... Seenggaknya masalah sama Chery udah selesai, lumayan ngurangin beban. Neil... Theo.. Neil... Theo... Lho, kenapa gue mesti mikirin Neil sih. Atau jangan-jangan gue.........

"Rea! Jahat banget sih ninggalin Chery sendirian. Capek tau ngejar Rea! Hosh..hosh.."
Hah? Sejak kapan nih nyonya satu nyampe di tempat gue?

"Barbie! Terus Neil mana?"

"Nggak tau pas Rea pergi, Neil juga pergi tapi nggak tau pergi kemana." Seperti biasa, dengan gaya super ribetnya Chery nyari tisu di tasnya. Hallah, dia kan lari cuma bentar masa keringetan sih?
"Eh Rea, Theo tuh!"

Ternyata Chery nggak boong. Theo emang lagi jalan kearahku. Masih belum menjadi Theo yang kukenal sepertinya. Mukanya datar tanpa senyuman, kusut, matanya bengkak. Theo yang kacau. Chery melontarkan ucapan selamat pagi pada Theo, dan Theo membalasnya. Tapi aku tidak bisa. Bibirku kelu seperti tertahan oleh sesuatu. Aku tidak mengucapkan selamat pagi atau apapun hanya menatap kearah mata Theo yang seperti kurang tidur itu. Theo-pun membalas tatapan mataku menatapku dengan mata sayunya, entah apa artinya.

"Rea? Theo?"

Suara Barbie-lah yang akhirnya memutuskan kontak mata kami. Theo-pun berlalu tanpa ngomong apa-apa lagi. Apakah aku dan Theo memang sudah berakhir?

*****

Keeseokan harinya. Udah hampir bel masuk sekolah mobil PINK super norak belum juga muncul, awalnya gue pikir Chery lagi sakit atau kenapaaa gitu. Sampai jam istirahat masih nggak ada kabar dari Chery, nggak lama kemudian ada telpon masuk ke HP-ku.
Dari Chery!

"Barbie?"

"Reaa, Chery nggak masuk sekolah ya hari ini."

"Kenapa honey, kamu sakit?"

"Ng..Nggak sih. Chery mau ke salon. Udah ya Rea, bye."
Telponpun langsung ditutup tanpa menunggu jawabanku lebih dahulu. Ke salon? Oke, Barbie emang suka ke salon sih, cuma sekarang aneh banget. Ninggalin sekolah demi ke salon? Sesuka-sukanya Barbie ama salon, gue nggak yakin dia mau ninggalin sekolah demi ke salon. Lagian emangnya dia mau ke acara apaan sih sampe bela-belain ke salon? Kawinan kakaknya? Dia kan nggak punya kakak! Kawinan adeknya? Yng ini lebih aneh lagi dah, dianya aja belon nikah, masa adeknya mau kawin duluan. Atau jangan-jangan nikahan anjing puddle-nya! Yayaya, itu yang paling memungkinkan!

Jadi hari ini tanpa Barbie? Ya, oke, baiklah, itu berarti hari ini aku nggak perlu menjadi naga garang yang berurusan dengan cowok-cowok berkicau.
Tak ada barbie = hari yang damai. Mari kita bikin daftar kegiatan uuntuk menikmati hari ini.
Ngurusin OSIS, ngurusin OSIS, ngurusin OSIS.
Wah, kenapa duniaku jadi sempit gini ya. Cuma muter-muter antar Barbie, OSIS, dan Theo. Tapi kan Theo nggak ada yang berarti bikin dunia gue tambah semakin sempit.

Baru aja aku mau jalan, ada seseorang yang nahan pundak gue dari belakang, "Theo?"

"Rea.." Suara yang kurindukan. Suara Theo waktu dia manggil namaku. "Apa kabar?"

"Kayak yang kamu liat, baik! Kamu?"

Theo terdiam sejenak menunduk, "Baik."

Aku memperhatikan raut wajah Theo yang menyedihkan itu. Kangen deh ama wajah jailnya.
"Keliatannya nggak sebaik yang kamu bilang. Kenapa sih?"

"Kamu nggak berubah ya."
Theo mengajakku duduk di bangku dekat sana. Begitu duduk, Theo langsung ngacak-ngacak rambut aku kayak beberapa hari yang lalu. "Masih kelewat perhatian."
"Virgo! Terlahir untuk kelewat perhatian."

"Wah, bahaya donk! Berarti aku scorpio, terlahir untuk kurang ajar."

Kayaknya udah berabad-abad yang lalu sejak terakhir kali aku ngobrol sama Theo kayak gini. Tapi Theo nggak banyak omong kayak biasanya. Dia cuma nanggepin dikit, ketawa, senyum dengan senyuman yang menyedihkan. Sama sekali bukan Theo yang biasanya. Tapi siapa yang peduli. Ternyata aku kangen Theo lebih dari yang aku tahu. Ternyata aku kangeeen banget sampai-sampai aku nggak peduli kalau emang Theo jadi jelek, jadi galak, atau jadi gendut. Aku kangen ngabisin waktu sama Theo.

"Chery kemana?"

"Nah, itu dia yang aku nggak tau. Katanya sih dia pergi ke salon. Tapi aneh banget deh, kayak dia lagi nyembunyiin sesuatu."

"Ke salon?" alis Theo mengernyit heran. Siapa juga yang nggak heran mendengar kalimat bela-belain-nyalon-daripada-sekolah.
"Aku rasa bukan."

"Maksud kamu?"

Theo nunjukkin sesuatu yang ketempel di mading nggak jauh dari tempat kita duduk.
"Ada sale all-about-barbie di Toys have fun. Gue rasa Chery kesana."

Oh, sialan! Ini untuk pertama kalinya Chery boong ke gue
(setau gue sih, nggak tau deh kalau sebelumnya dia udah pernah boong ke gue).
Cuma gara-gara sale barbie?? Emang koleksi barbie dia dirumah masih kurang banyak apa!

"Kamu perhatian banget sama Chery ya." Penyataan ini bernada sarkasme khas gue banget.

"Ng, ya.. mungkin."
Disinilah perubahan drastis dari raut muka Theo.
"Itu yang mau aku omongin sekarang."

Kalau di komik-komik, suasana kayak gini digambarkan dengan adanya angin berhembus, kemudian rambutku terbang-terbang ketiup angin dan tatapan amataku yang heran. Sedangkan Theo menatapku tajam.
Terpaku dalam suasana kayak gini sampai akhirnya aku membuka suara, "kamu suka sama Chery kan?" Tanyaku pelan.

"Masih kelewat perhatian khas kamu."

"Iya kan?" aku mendesak Theo sekali lagi.

"Mmm...  Iya.." jawabnya pelan.

"Aku tahu. Aku emang ngerasa."
Aku tahu, tapi aku yang nggak mau tahu. Seperti kayak aku yang berusaha menangkal anggapan yang aku buat sendiri.
"Kamu lebih perhatian ke Chery daripada yang aku tahu. Iya kan?"

"Aku sayang kamu."

"Tapi kamu lebih sayang Chery kan? Diem-diem kamu sering ngaggep Chery lucu, atau dia manis. Waktu kita makan kue di rumah Chery, kamu beliin dia 'Chery' kan?
Kamu selalu inget dia. Terus kamu tiba-tiba berubah kalem, itu karena kamu ngedenger Chery ngomong pengen punya pacar yang kalem kan?"

"Bukan... untuk yang itu kamu salah. Aku sama sekali nggak ada maksud buat ngubah diri kayak Chery yang berubah demi Neil. Aku cuma sering kepikiran Chery dan.... yah, kepikiran kamu.
Karena kepikiran itu tanpa sadar aku jadi kayak gini. Aku ngerasa bersalah sama kamu. Kamu terlalu baik. Aku nggak tega kalau mesti ngomong kayak gini. Tapi..."

"Tapi kamu suka Chery kan?"
Aku berusaha untuk tidak menangis dan faktanya aku emang nggak nangis. Aku bersikap tenang dan ngomong setenang mungkin dengan nada suara yang sabar.
"Chery is like angel without wings, right?"

"Ya. Masih kelewat perhatian."

"Aku virgo!"

"Aku Scorpio, ternyata aku emang terlahir untuk kurang ajar. Maaf Rea..."

"Nggak ada yang perlu dimaafin." Aku berdiri, mau beranjak pergi dari sana. Seriously, I'm fine kalo lo mau ngejar Chery. Tapi keputusannya terserah Chery. Aku sama sekali nggak bakal ngalangin atau ngehasut Chery buat nggak nerima lo. Jadi semuanya tergantung usaha lo."

"Jadi?"

"Bye Theo."
Kata 'Bye' disini bermaksud ganda. Yang satu mengisyaratkan kalau aku sudah pergi darisana, yang satunya lagi bermakna kalau kita putus. Aku mengucapkan selamat tinggal.
Sudah, semuanya berakhir disini.

Aku sendiri nggak menyangka bisa mengucapkan salam selamat berpisah itu dengan tegar seperti sekarang.

Aku pergi dari tempat itu meninggalkan Theo yang masih memegang kepalanya dengan kedua tangannya. Aku nggak nangis, bahkan kalau boleh kubilang, itu tadi sangat mudah.
Namaku Rea dan aku cewek yang kuat. Apapun badainya, petirnyanya, banjirnya, akan kulewati (lebay deh!).

Tanpa kusadari, ada yang mendengar pembicaraan kami barusan...

*****

"Ladies and Gentlemen, welcome to GALAPAGOS BAZZZZZAAAARRRR!!!!" Suara MC yang menggelegar masih kalah sama suarta penontonnya yang lebih hebbooh lagi. Suaranyya nyampe ke seluruh antero sekolah sampe-sampe aku yang ngungsi di ruang OSIS masih bisa ngedenger. Padahalkan pusat keramaian bazzarnya ada di lapangan yang lumayan jauh dari ruang OSIS.
"Kayaknya bazzar lo sukses ya."
Oh iya, gue lupa ngasih tau kalau Neil juga ngungsi ke ruang OSIS. Alesannya dia nggak suka rame-rame di bazzar. Maklumlah, anak kayak Neil kan emang biasanya kayak gitu.

"Bazzar gue? Bukannya bazzar kita?"

"Tapi kan yang paling banyak kerja kan lo. Anak-anak OSIS yang lain malah hampir kagak keliatan hasilnya. Gue juga cuma nyetuju-nyetujuin yang udah lo rencanain.
You're the best Rea. Thank you."

Aku yang nggak biasa dipuji malah jadi malu dan muka gue jadi merah kayak lobster rebus (yang udah gue deskripsiin sebelumnya),
"Gue cuma ngerjain apa yang jadi tugas gue."

"Dengan sangat baik tentunya." Senyuman Neil yang manis dan tulus itu tersungging di mukanya yang walaupun kagak senyum udah imut. Apalagi kalau senyum!
Ya ampuuunn, nggak kukuuuu!!!

Abis itu kita berdua cuma diem-dieman aja. Neil iseng-iseng maenin gitar yang terdampar di ruang OSIS, nggak jelas deh itu gitar siapa. Pokoknya apapun benda yang terdampar di ruang OSIS bakal jadi milik bersama.
Hahaha...

"Chery! Tunggu Cher!"

Aku dan Neil terlonjak kaget dengan suara teriakan yang tiba-tiba. Dan tiba-tiba juga Chery ngebuka pintu ruang OSIS daan... nangis?

"Chery?"
Nggak lama kemudian Theo menyusul. Begitu Theo masuk, Chery langsung menghambur ke pelukanku. Kalau gini sih jelas, berarti Theo yang ngebuat Chery kayak gini. Neil yang ngerti keadaan dengan sangat pengertiannya ngusir Theo keluar dan nutup pintu ruang OSIS.
Tapi pengertiannya itu masih kurang, jadi aku ikut ngusir Neil keluar. Jadi tinggal gue sama Chery yang ada di ruang OSIS.

"Kenapa Barbie?"

"Theo..hiks hiks.. Theo bilang dia suka sama Chery. Padahal kan Theo itu pacar Rea. Theo jahat sama Rea!"

"Tenang dong barbie, jangan nagis. Cup cup cup. Jangan nangis honey. Aku udah putus kok sama Theo."

"Hah? Putus? Berarti Theo jahat! Huhuhuu."

"Nggak kok, gue yang mutusin. Barbie, dengerin gue ya. Gue juga udah tau kalau Theo suka sama lo."

"Terus kenapa?"

"Kenapa apanya? Ya nggak kenapa-napa dong. Gue nggak mau maksain perasaan Theo. Nggak enak juga kali pacaran sama orang yang sayangnya bukan buat kita."

"Rea.."

"Lo nggak usah mikirin gue deh. Sekarang lo-nya sendiri gimana?"

"Chery.. Chery bingung. Dulu Chery bilang suka sama Neil. Tapi Theo terlalu baik sama Chery. Theo perhatian, Kalau ada Theo Chery ngerasa aman, kalau ada Theo, Chery dimanjain."

"Itu tandanya kamu juga suka sama Theo!"

"Maaf..."

Aku tersenyum, Barbie yang polos, "Nggak ada yang perlu dimaafin kok. Sekarang lo keluar gih, temuin Theo. Kasian dia nunggu nggak jelas gitu."

"Makasih Rea, Rea emang bener-bener sahabat Chery yang paling baik!"

Anak yang lugu. Entah ya gimana jadinya Chery kalau nggak ada gue (narsis :D). Tapi yang namanya Chery tetep aja Chery, justru sikapnya yang kayak giitu kan yang bikin cowok-cowok gemes. Segera pas aku membuka pintu, sudah ada dua orang cowok berdiri disana, Theo dan Neil. Theo mengulurkan tangan untuk Barbie dan Barbie menyambutnya,
Oh..., so sweet!

Setelah pasangan baru itu pergi, aku kembali mempersilahkan sang ketua OSIS kembali menempati tempat kerjanya.
Aneh banget kan gue, rasanya gue lebih berkuasa di ruang OSIS ini daripada si empunya.
Hahaha...

Neil menatapku aneh,
"lo nggak pa-pa kan ?"

"Kenapa harus kenapa-napa?"

"Lo mau nangis?"

"Kenapa harus nangis?"

"Tapi yang tadi? Sama yang kemarin?"

Aku heran saat Neil bilang 'yang kemarin' tapi langsung cepet-cepet aku sadar,
"OH! Jadi lo nguping ya? Dasar! Biar gue kasih tau sesuatu ya, it was easy you know! Gue juga nggak nyangka kalau ternyata bakal segampang itu. Liat gue sekarang, gue nggak kenapa-napa, sedihpun nggak."

"Jadi lo jomblo?"

Aku mengangkat bahu,
"Kayak yang lo liat. Lo ndiri jomblo kan? Punya pacar gih sono, ntar lo disangka homoan! Cakep-cakep nggak punya cewek!"

"Jadi kata lo gue cakep?"

Ya ampun! Rea bego! Lo ngomong apaan sih barusan, kan lo jadi malu sendiri! Lagian juga sejak kapan gue nganggep Neil cakep? Oke, dari dulu emang Neil cakep sih, yang satu itu nggak bisa dipungkiri. Tapi kan nggak usah diomongin langsung. Aduh aduh, kok gue jadi salah tingkah gini sih.

"Gue jomblo, lo jomblo"
"Mm.. gimana kalo kita jadian aja?"
Kata Neil tiba-tiba.
"Aku udah pernah bilang kan kalau aku suka sama kamu?"
"Haah?, Kapan?"

"Coba deh inget-inget lagi!"
(note: buat pembaca silahkan baca-baca lagi halaman belakangnya :p)

"Ya.. terus?"

"Jadi kamu mau nggak? Jadi pacar aku?"

Sebenernya tidak perlu waktu banyak untuk berpikir. Aku sudah tau pasti jawabannya. Aku bisa dengan mudah meninggalkan Theo karena...
"Aku sayang kamu... yah, mungkin."

"Jadi pacar kamu?"

"Ya!"

Kali ini Neil yang mengulurkan tangan untukku. Aku menyambutnya. Kami berdua berjalan menuju panggung bazzar sebagai pasangan sekolah terbaru.
Dan saat itu aku sadar...... oops, kali ini aku BENAR-BENAR akan punya HATERS! Tapi siapa yang peduli, selama aku bersama Neil, kalau satu sekolah jadi haters juga nggak kenapa-napa deh.
Eh, tunggu dulu, nggak cuma Neil, aku juga butuh Chery, dan juga Theo (sebagai teman).
Hahahaha... Aku cinta hidupku!!!
Dan aku semakin yakin,
Tuhan itu maha adil..
^_^

*******
THE END
*******





note :
Love and Friendship are beautiful
^^

Categories: , , ,

0 komentar: